Sabtu 27 May 2017 02:00 WIB

Nilai Peradaban Berguna untuk Pendidikan Karakter Anak

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ilham
Temuan-Temuan di Pusat Arkeologi Nasional (ilustrasi).
Foto: Pusat Arkeologi Nasional
Temuan-Temuan di Pusat Arkeologi Nasional (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala pusat Arkeologi Nasional (Arkenas) Badan Penelitian dan Pengembangan, I Made Geria menilai, nilai-nilai peradaban dapat dimanfaatkan untuk pendidikan karakter dan kebinekaan bangsa Indonesia. Arkenas menggagas sebuah inovasi untuk memasyarakatkan hasil penelitian arkeologi berupa Rumah Peradaban.

"Nilai-nilai peradaban sebagai pembelajaran, berbicara tentang masa lampau untuk kepentingan masa kini dan masa datang," kata dia di Jakarta.

Ia menjelaskan, Rumah Peradaban menghadirkan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah dan nilai-nilai budaya masa lampau. Selain itu, Rumah Peradaban bertujuan memasyarakatkan hasil-hasil penelitian arkeologi.

I Made menuturkan, Rumah Peradaban dapat menjadi media interaksi dan sarana edukasi untuk mewujudkan literasi budaya, meningkatkan kecerdasan bangsa, menumbuhkan semangat kebangsaan dan kebinekaan. Serta, menjadi sumber inspirasi bagi pengembangan budaya yang berkepribadian Indonesia.

Rumah Peradaban memiliki sejumlah program kegiatan untuk mendukung pendidikan karakter pada anak, seperti kunjungan lapangan untuk murid-murid sekolah di situs-situs arkeologi. Tujuannya, untuk belajar memaknai makna nilai-nilai kehidupan masa lampau. Kedua, mengadakan media peraga pendidikan, berupa tiruan dari benda-benda arkeologi yang dibagikan ke sekolah. Tujuannya untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai budaya.

Ketiga, meramu hasil penelitian untuk pengayaan literatur. Hasil-hasil penelitian Puslit Arkenas menjadi referensi untuk memperkaya muatan buku-buku teks pendidikan.

Ia meyakini, Rumah Peradaban dapat memenuhi Nawacita kedelapan, yaitu melakukan revolusi karakter bangsa, dan Nawacita kesembilan, yaitu memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

I Made menjelaskan, aksi 'penjembatanan' dalam arkeologi modern dikenal dengan istilah mediation archeology. Penjembatanan itu sebagai sarana untuk menghubungkan hasil penelitian arkeologi dan pemanfaatannya bagi kepentingan pendidikan karakter dan kebhinnekaan bangsa.

I Made menjabarkan, tantangan Rumah Peradaban yakni mengharuskan adanya hasil-hasil penelitian. Sebab, tanpa hasil penelitian, rumah ini akan mati. "Karena hasil penelitian lah yang senantiasa menghidupi dan memutakhirkan pesan-pesan yang disampaikan," jelasnya. Model itu secara nyata mendemonstrasikan alur pengelolaan warisan budaya secara konseptual, berbasis peneltian dan bermuara pada pemanfaatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement