REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul membenarkan Densus 88 Anti-Teror menangkap tiga orang yang diduga terlibat aksi bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Tiga terduga yang ditangkap di Bandung, Jawa Barat, masing-masing berinisial J, WS dan A.
Martinus mengungkapkan, selain terlibat aksi bom bunuh diri di Kampung Melayu, tiga terduga juga terlibat dalam aksi teror bom panci di Cicendo. "Penangkapan tiga orang ini juga merupakan satu sel dengan sel-sel yang ada sebelumnya terkait dengan Cicendo," katanya di Mabes Polri Jakarta Selatan, Jumat (26/5).
Polri kata dia, sebenarnya sudah memiliki pemetaan terhadap jaringan-jaringan teroris yang ada. Hasil pemetaan polri, jaringan teroris tersebut terbagi kedalam tiga kelompok.
"Mereka itu dibagi tiga, ada kelompok inti, kelompok pendukung ada juga kelompok simpatisan," jelasnya.
Kelompok simpatisan merupakan mereka yang awalnya menggunakan media sosial dan memberikan simpati terhadap segala bentuk perjuangan ideologi tersebut. Misalnya terjadi aksi pengeboman di suatu daerah atau di luar negeri mereka ibu kemudian bersorak mendukung.
Dari kelompok simpatisan inilah menurut Martinus kemudian mereka naik menjadi kelompok pendukung. Selanjutnya mereka ini yang melakukan aksi-aksi teror di beberapa tempat.
"Inilah mereka yang kemudian melakukan aksi-aksi seperti sekarang. Tapi ini jaringannya siapa, apakah jaringan Maman Abdurrahman atau bukan ini masih kita dalami," terangnya.
Untuk diketahui, terduga teroris jaringan Cicendoh yang tewas dalam aksinya adalah Yayat Cahdiyat alias Abu Salam. Yayat merupakan bagian dari jaringan teroris JAD Bandung.
Yayat juga merupakan residivis tahun 2011 silam. Yayat ditangkap lantaran terlibat dalam pelatihan militer teroris di penggunungan Jalin Jantho, Aceh 2010.