REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengajak seluruh masyarakat dan elemen bangsa untuk memerangi terorisme dan radikalisme. Menurut dia, terorisme yang berakar dari kebencian, cemburu, iri dan dengki terhadap suku, agama ras, antarkelas dan golongan ini sangat destruktif. "Hal ini pun jelas bertentangan dengan Pancasila dan ajaran agama manapun,” ucap Tjahjo di Jakarta, (25/5).
Menurut Tjahjo, langkah preventif yang dapat dilakukan adalah melarang ujaran kebencian tersebut. Aksi teror dimana pelakunya bunuh diri, kata dia, maka penyelesaian menjadi lebih rumit dan tidak bisa diperbaiki.
Ia juga mengaku prihatin akan aksi teror yang melanda dunia akhir-akhir ini. Menurut dia, saat ini adalah momentum yang tepat untuk memberantas tuntas terorisme berbasis SARA. Mengingat korban semakin banyak dimana-mana, dari Manchester, Marawi, Kampung Melayu.
"Kita sebagai Negara Pancasila harus memaklumkan perang terhadap terorisme radikalisme dan kabilisme,” tutup dia.
Sebelumnya, Densus 88 telah mengamankan tiga terduga pelaku bom di terminal Kampung Melayu. Ketiganya berinisial J, WS, dan A. Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Yusri Yunus mengatakan, ketiganya diduga berkaitan dengan bom pada Rabu (24/5) malam. Penangkapan dilakukan pada Jumat (26/5) dinihari di lokasi yang berbeda.
"Dia J, WS, dan A, diduga ada keterlibatan dengan Kampung Melayu," kata Yusri saat dihubungi di Jakarta, Jumat (26/5).
Saat ini, tiga orang tersebut tengah dalam pemeriksaan Densus 88. Aparat masih mengulik bagaimana peran ketiganya dalam bom bunuh diri. Pria berinisial A, menurut Yusri diamankan di Jalan Raya Muhammad Toha, Kecamatan Dayeuh Kolot, Bandung. Kemudian WS diamankan di Jalan Ranca Sawo, Kecamatan Buah Batu, Bandung, dan J diamankan di sebuah gedung pasar baru trade center Bandung.