REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Kabupaten Purwakarta, punya percontohan kecamatan yang memanfaatkan kotoran sapi jadi biogas. Kecamatan tersebut, yakni Pasawahan. Pasalnya, di wilayah itu ada kelompok yang fokus pada ternak sapi. Dengan begitu, masyarakat di wilayah ini mengganti pemakaian gas elpiji dengan biogas tersebut.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, kecamatan yang banyak memiliki hewan ternak khususnya sapi, diharapkan bisa memiliki sarana biogas. Sarana tersebut nantinya bisa menghemat penggunaan listrik dan gas. Sehingga, menyalakan kompor dan lampu tidak perlu biaya besar. "Biogas ini sangat efektif dan bisa menghemat," ujarnya, kepada Republika.co.id, Kamis (25/5).
Saat ini, sudah ada satu kecamatan yang mengembangkan biogas. Kedepan, diharapkan kecamatan lain segera menyusul. Supaya, konsumsi akan gas elpiji masyarakat bisa berkurang. Serta, wilayah itu bisa memiliki kemandirian energi. Sehingga, tak tergantung dengan energi yang disediakan pemerintah.
Menurut Dedi, sebelumnya sudah ada desa yang menggunakan sarana biogas tersebut. Seperti di Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari. Karena, di wilayah itu sudah ada peternakan sapi. Saat ini, energi dari kotoran sapi itu sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Kutamanah.
Akan tetapi, lanjut Dedi, mengubah kotoran sapi jadi energi ini perlu ilmu dan kajian terlebih dulu. Sehingga, masyarakatnya memang harus mampu. Jika tidak, kotoran itu tak bisa diubah menjadi energi.
Tetapi, pemerintah juga tidak tinggal diam. Dedi menyatakan akan memberikan bantuan sapi jika dibutuhkan warganya. Dengan catatan warga bisa merawat sapi-sapi tersebut dengan baik. Selain itu, untuk teknologinya bisa menggandeng peternak yang berpengalaman serta ahli.
Selain itu, Dedi juga ingin program biogas ini bisa menjadi pelajaran praktikum di sekolah. Dengan begitu, pihaknya ingin guru-guru terutama guru IPA supaya bisa memanfaatkan momentum ini.
"Kalau sekolah siap ilmunya, kita bisa menyediakan sapinya. Dengan begitu, kotoran sapi itu bisa di manfaatkan jadi energi," ujarnya.