REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Muhammadiyah memiliki komitmen yang besar untuk menjaga lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan kemunculan program-program unggulan Majelis Lingkungan Hidup (MLH) yang selalu berganti setiap tahunnya.
Ketua MLH Muhammadiyah, Muhyidin Mawardi, mengemukakan pada 2017, Muhammadiyah memiliki lima program unggulan lingkungan hidup. “Pertama kami sedang menggalakkan gerakan audit lingkungan mandiri,” katanya pada Republika, Selasa (23/5).
Ia menjelaskan, audit lingkungan dilakukan terhadap bangunan, terutama gedung-gedung milik Muhammadiyah. Namun sebelum itu, warga Muhammadiyah dan masyarakat tentu diberi sosialisasi dan pelatihan dahulu, hingga mereka bisa mengidentifikasi mana saja gedung-gedung yang masuk dalam kategori kuning, merah, atau hijau.
Muhyidin mengakui, saat ini Kantor Pusat PP Muhammadiyah di Jalan Cikditiro saja masih memegang status kuning. Maka itu perlu ada perbaikan-perbaikan di dalamnya. Adapun faktor-faktor yang dinilai dalam proses audit meliputi penggunaan air, pengelolaan sampah, pemanfaatan energi, penghawaan, dan penyinaran energi.
Program unggulan kedua adalah pendidikan lingkungan. Salah satunya melalui sekolah sungai sebagai institusi non-formal yang berperan meningkatkan kesadaran masyarakat bantaran sungai untuk menjaga lingkungannya. “Tujuan sekola ini kan untuk mendidik masyarakat agar bisa merestorasi dan mengkonservasi sungai,” papar Muhyidin.
Ia mengatakan, program ini perlu ada untuk merubah mindset bahwa sungai bukan tempat buang sampah, tapi sumber kehidupan. Selain itu, dari sisi pendidikan formal, ada gerakan Sekolah Hijau yang rencananya akan diterapkan di seluruh institusi pendidikan Muhammadiyah. Baik SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.
Ketiga adalah program sedekah. Program ini digulirkan agar masyarakat mampu memilih, memilah, dan mengolah sampah (3M). Sebenarnya, menurut Muhyidin, sedekah sampah ditujukan untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang selama ini jadi persoalan besar.
Keempat, pelatihan pengelolaan limbah rumah sakit dan labolatorium perguruan tinggi Muhammadiyah. Terutama bagi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), karena penanganannya sering kali tidak benar dan mengancam kehidupan manusia.
“Maka itu kami bentuk unit penanganan limbah bekerja sama dengan MDMC,” kata Muhyidin. Unit tersebut nantinya bertugas melakukan edukasi dan membantu perbaikan pengelolaan limbah di lembaga-lembaga Muhammadiyah.
Kelima, desa mandiri energi. Saat ini salah satu contoh program yang sudah berhasil adalah Desa Hemat Energi di Potorono, Banguntapan, Bantul. Di sana ada lebih dari 30 KK yang sudah bisa memanfaatkan biogas dalam kehidupan sehari-hari. Seperti untuk bahan bakar kompor dan penerangan.