REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat intelijen, Susaningtyas Kertopati berpendapat, embrio terorisme sudah ada di tengah masyarakat. Peran aktif masyarakat harus ada untuk menyikapi gejala sosial seperti radikalisme. "Elemen masyarakat yang kiranya mudah terpengaruh radikalisme dan sejenisnya harus kita waspadai bersama," ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (25/5).
Ini semua butuh peran aktif lintas lembaga. Kemendikbud, Kemensos, dan Kementerian Agama, dia mengatakan, harus bekerja aktif hingga ke tingkat akar rumput. Tujuannya agar ajaran-ajaran dan ajakan yang radikal bisa terbendung dan sedapat mungkin diberantas.
Apa yang terjadi pada konser musik Arianna Grande di Inggris menandakan lembaga intelijen Inggris MI6 juga membutuhkan peran kewaspadaan masyarakat di manapun dan kapanpun. Pengalaman mereka dalam dunia intelijen sudah diakui dunia. Deteksi dini sudah dilakukan, tapi masih saja ada aksi terorisme.
"Di negara kita peran serta tokoh masyarakat untuk ikut memerangi terorisme sangat besar. Pola /patron client di negara kita ini masih besar untuk suatu hal didengar dan dijalankan," ujar dia
Dia mengatakan, BIN sebagai koordinator tentu saja sangat membutuhkan kerja sama yang baik dan simultan dengan seluruh elemen masyarakat. Sinergi aparat dan warga akan menutup celah mereka yang ingin bermain di air keruh. "Kita harus memberikan dukungan positif kepada BIN, Polri, TNI, BNPT, Kementerian Agama, Kementerian Sosial dan Kementerian Pendidikan untuk memerangi terorisme," ujar dia.
Deradikalisasi juga harus menggunakan berbagai pendekatan dari kultural hingga penindakan hukum. "Jangan lupa ISIS masuk ke semua negara juga melalui pendekatan budaya. Mari membangun masyarakat yang damai sejahtera bersama," papar Susaningtyas.
Sebanyak tiga polisi gugur akibat ledakan bom di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5) malam. Ledakan yang terjadi dua kali itu membetot perhatian publik. Lima polisi lainnya dan lima warga terluka. Semuanya kini dirawat di empat rumah sakit di Jakarta Timur.