REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sedikitnya 30 ribu hektare tanaman padi yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Indramayu, saat ini terancam gagal panen. Hal itu terjadi menyusul perbaikan saluran irigasi di Saluran Induk (SI) Sindupraja yang menyebabkan pasokan air dari Waduk Jatigede menjadi terganggu.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, menyebutkan, tanaman padi seluas 30 ribu hektare itu di antaranya tersebar di Kecamatan Kandanghaur, Losarang, Balongan, Juntinyuat dan Karangampel.
"Di daerah itu umur tanaman padinya rata-rata tujuh hari sampai 30 hari" kata Sutatang kepada Republika, Kamis (25/5).
Sutatang mengatakan, tanaman padi di daerah-daerah tersebut saat ini sangat membutuhkan pasokan air yang cukup. Jika tidak, maka tanaman padi akan mati dan gagal panen.
Selain tanaman padi yang sudah tumbuh di sejumlah daerah tersebut, adapula daerah yang justru belum mulai tanam sama sekali karena ketiadaan air. Di antaranya seperti di sejumlah desa di Kecamatan Sliyeg, sebagian wilayah Kecamatan Balongan dan Kecamatan Krangkeng.
"Di situ sama sekali belum tanam," terang Sutatang.
Sutatang menjelaskan, kesulitan air itu terjadi akibat perbaikan saluran irigasi di SI Sindupraja, yang berada di wilayah Kabupaten Majalengka. Akibatnya, pasokan air untuk lahan pertanian di Kabupaten Indramayu digilir setiap seminggu sekali.
Artinya, air dari Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang yang dialirkan melalui Bendung Rentang di Kabupaten Majalengka, hanya dialirkan selama seminggu ke SI Sindupraja yang mengalir ke lahan persawahan. Seminggu berikutnya, pasokan air akan dihentikan untuk memberi kesempatan perbaikan saluran irigasi selama seminggu. Begitu pula seterusnya.
Namun, saat air irigasi dialirkan selama seminggu, hanya lahan persawahan yang paling dekat dengan saluran irigasi saja yang memperoleh pasokan air. Sedangkan lahan persawahan yang jauh dari layanan saluran irigasi, tidak sempat kebagian air sehingga tanaman padinya terancam gagal panen.
Tak hanya itu, saluran pembuang juga saat ini mulai mengering. Pasalnya, air di saluran pembuang selama ini sering disedot dengan menggunakan mesin pompa untuk mengairi sawah yang mengering. "Hujan juga saat ini sudah berhenti turun. Jadi petani kesulitan memperoleh pasokan air," tutur Sutatang.