REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Menjelang puasa harga jengkol di sejumlah pasar tradisional di Cianjur, Jawa Barat, yang biasa dijual Rp 20 ribu perkilogram melambung hingga Rp 80 ribu perkilogram. Sementara harga sayur mayur dan bumbu dapur lainnya masih terpantau normal.
Sejumlah pedagang menuturkan kenaikan harga tersebut terjadi karena bukan musimnya dan menjelang Ramadan harga jengkol yang tetap menjadi makanan favoriet warga sebagai lauk untuk berbuka puasa menjadi mahal.
"Kenaikan harga jengkol terjadi karena saat ini bukan musimnya, kalau sedang musimnya pada bulan Agustus sampai Desember biasanya murah. Terlebih menjelang puasa tingkat pemakaian cukup meningkat,"kata Solihin pedagang di Pasar Induk Pasir Hayam Cianjur, pada wartawan Rabu (24/5).
Dia menjelaskan, meroketnya harga jengkol membuat penjualan berkurang setiap harianya, biasa dia dan pedagang lain dapat menjual hingga puluhan kilogram, saat ini perhari hanya menjual 6 sampai 8 kilogram.
"Kami biasa mendapat stok dari Pasar Caringin Bandung, saat ini kami terpaksa mengurangi pembelian, meskipun pemesanan tetap ada," katanya.
Sementara itu, Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Cianjur, mengimbau pedagang di wilayah tersebut, agar tidak membeli barang secara berlebihan, untuk kemudian dijadikan stok karena kebiasaan tersebut, dianggap dapat memicu terjadinya lonjakan harga di pasaran menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
Kepala Diskoperindag Cianjur, Himam Haris, mengatakan, pedagang pasar masih terjebak pada kebiasaan berbelanja kebutuhan dagang secara berlebihan meskipun sepanjang Ramadan pedagang sebaiknya dapat membelanjakan persediaan barang secara efisien.
"Karena takut dan khawatir akan terjadi lonjakan harga, pedagang memmbeli barang secara besar-besaran, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Meskipun tujuan mereka baik agar tidak kesulitan mendapatkan stok," katanya.
Dia menambahkan, kebiasaan memborong dapat menimbulkan anggapan bahwa permintaan terhadap barang yang dibelanjakan banyak, sehingga tidak menutup kemungkinan, distributor atau bandar akan menangkap momen tersebut dan menaikan harga jual pada pedagang.
"Karena fenomena tersebut besar kemungkinan akan timbul lonjakan harga, sehingga berlanjut ketika di pasaran kenaikan harga akan membebani konsumen meskipun persediaan barang yang dibutuhkan terpenuhi," katanya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya mengimbau kepala pasar untuk memberikan pemahaman pada pedagang dan konsumen terkait kondisi pasar, termasuk mengkonfirmasikan harga dan ketersediaan barang yang sebenarnya secara lengkap.