Ahad 21 May 2017 07:55 WIB

Sambut Ramadhan, FPSB UII Gelar Sinau Bareng Cak Nun

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Andi Nur Aminah
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)
Foto: Antara
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Memperingati Milad yang ke-22, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Barat Masjid Ulil Albab UII, akhir pekan ini. Acara yang juga merupakan rangkaian peringatan Milad ke-74 UII ini, disambut antusias oleh mahasiswa maupun masyarakat umum yang berbondong-bondong memenuhi tempat kegiatan.

Sinau Bareng Cak Nun di kampus UII kali ini mengangkat tema “Menciptakan Insan Ulil Albab dan Upaya Menyambut Bulan Suci Ramadhan”. Tema tersebut diusungkan lantaran dalam beberapa hari ke depan umat Islam akan segera memasuki  Ramadhan.

Dalam kesempatan itu, Emha Ainun Nadjib atau yang sudah banyak dikenal dengan sebutan Cak Nun mengawali pembahasan mengenai kondisi Indonesia saat ini yang mudah ricuh dengan isu keberagaman. Padahal menurutnya, keberagaman merupakan sesuatu yang tidak salah. Justru hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara yang unik.

Namun demikian Cak Nun menilai optimistis dengan keberadaan generasi muda Indonesia sekarang yang memiliki karakter baik dan terbuka. Menurutnya, negara yang besar akan mendapatkan cobaan dan tantangan yang besar pula. Oleh karena itu ia optimistis, generasi muda yang dianggap cemerlang dan penuh semangat dapat menjaga Indonesia tetap baik di masa depan.

Cak Nun menjelaskan tiga unsur terkait pemahaman ulil albab atau orang yang berpikir saat menyambut Ramadhan. Antara lain tiraqat atau komitmen untuk menjaga hawa nafsu, takbir yang lebih banyak pada kepatuhan sebagai wujud sembah kepada Allah SWT, dan syariat yang ditunjukkan pada upaya ridho kepada Allah.

“Ketiga hal tersebut menjadi dasar untuk mempersiapkan diri menyambut Ramadhan,” tuturnya. Maka itu ia berpesan agar jamaah dan umat Islam secara keseluruhan dapat melakukan ketiga hal tersebut dengan baik.

Sebab meskipun pada Ramadhan, setan dikeragkeng, manusia tetap akan menghadapi berbagai cobaan. Terutama cobaan saat menjalani puasa. Baik berupa lapar dahaga, maupun emosi yang memuncak akibat dari kehidupan sosial sehari-hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement