REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Dengan persatuan dan kesatuan Indonesia diprediksi akan menempati urutan ketiga atau kempat ekonomi terbesar dunia. Untuk itu Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo meminta semua pihak khususnya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Eko yang hadir dalam Kongres XIX PMII di kota Palu beberapa waktu lalu mengatakan, hampir 72 tahun merdeka, Indonesia telah mampu menduduki urutan nomor 16 ekonomi terbesar dunia yang sekarang naik di peringkat 15. Diperkirakan saat merayakan ulangtahun ke 100 kemerdekaan, Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor tiga atau empat dunia.
"Karena Indonesia adalah negara besar. Ini akan terjadi kalau dari Sabang sampai Merauke kita bersatu. Kalau terpecah tidak mungkin bisa. Ini juga peluang untuk kader-kader PMII untuk membuktikan bahwa membangun Indonesia tidak hanya sekadar retorika belaka," ujarnya melalui siaran persnya, Jumat (19/5).
Eko mengatakan, PMII sebagai salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia, memiliki peran penting dalam menjaga NKRI. Menurutnya, sejak lama kader muda NU (Nahdlatul Ulama) yang mungkin saat ini dikenal sebagai PMII telah menginspirasi kemerdekaan Indonesia.
"Sekarang Indonesia lagi dites radikalisme, isu sara, saya percaya NU dengan PMII akan menjadi garda terdepan menjunjung NKRI," kata Eko.
Di sisi lain ia juga mengatakan, PMII sebagai organisasi mahasiswa memiliki peluang besar mengelola potensi di desa. Ia menjelaskan, Kementerian Desa PDTT telah bekerjasama dengan 40 perguruan tinggi yang tergabung dalam forum Perguruan Tinggi untuk Desa (Pertides). Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), sebanyak 15 ribu mahasiswa turun ke desa.
Menurutnya dengan program ini kader PMII bisa melihat geliat ekonomi desa dan peluang-peluang lain di desa. Termasuk melihat peluang sarana pasca panen di desa. Sebab menurut Eko problem naik turun harga produk pertanian bukan hanya karena kesalahan tanam, namun karena tidak tersedianya sarana pasca panen.
"Kalau kita perhatikan, pengusaha-pengusaha besar kita juga berawal dari sarana pasca panen di desa," ujarnya.