Selasa 16 May 2017 17:42 WIB

Pengusaha Jamu Indonesia Didorong Tembus Pasar Jepang

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Jamu (ilustrasi)
Jamu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Produk jamu indonesia memiliki berbagai ragam keunggulan. Mulai dari khasiat yang menyehatkan tubuh, sampai bahan dasar yang aman bagi lingkungan. Oleh karenanya peredaran produk obat-obatan tradisional tersebut didorong bisa menembus pasar internasional, khususnya Jepanng.

Maka itu, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Kementerian Perdagangan berusaha mempertemukan para pengusaha jamu Indonesia dan organisasi dagang dari Jepang, yakni Japan External Trading Organization (Jetro). “Pada kesempatan ini kami mencoba pertemukan pengusaha jamu indonesia dengan Jepang,” kata Rektor UAD Kasiarno pada Seminar bertema Menembus Pasar Jepang di Eastparc Hotel, Selasa (16/5).

Ia sendiri mengapresiasi antusiasme Jetro terhadap produk jamu Indonesia. Menurutnya selain berfungsi sebagai obat tradisional, jamu juga memiliki nilai budaya. Bagi kampus yang memiliki program studi farmasi, jamu merupakan cabang ilmu yang menarik untuk diteliti dan didalami.

Dalam kesempatan tersebut, setidaknya ada 55 peserta yang bergabung dan terdiri dari para pengusaha jamu serta praktisi. Direktur Pengembangan Ekspor Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono mengemukakan, Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar dan dapat dikembangkan dari produk jamu. Khususnya ke pasar Jepang.

“Kenapa Jepang? Karena Jepang merupakan mitra bisnis utama Indonesia bagi produk-ptoduk berbasis tanaman herbal atau produk-produk yang memiliki produksi tradisional,” ujarnya. Di sisi lain budaya Jepang dan indonesia dalam mengonsumsi obat-obatan tradisional juga banyak memiliki kesamaan.

Menurut Djatmiko, kebiasaan masyarakat Jepang dalam mengonsumsi tanaman herbal cukup menguntungkan bagi indonesia. Maka itu potensi ini harus dikembangkan dengan baik agar Indonesia tidak kehilangan kesempatan untuk membuka pasar baru.

Sementara itu pakar jamu dan obat-obatan herbal dari UAD Kintoko mengemukakan, riset dan penelitian mengenai jamu dari tahun ke tahun semakin menigkat. Dari kegiatan tersebut munculah produk-produk baru yang punya potensi besar untuk dikomersilkan.

Kondisi ini tentu saja didukung dengan kekayaan alam Indonesia. Pada 2012 saja terdapat 15.671 ramuan jamu yang ada di dalam negeri, dengan 19.819 tanaman obat dari 1.889 spesis tanaman. Pada 2015 jumlah ramuan sudah bertambah menjadi 25.821.

“42,5 persen ramuan obat tradisional menggunakan daun sebagai bahan baku. Sedangkan batang, kulit, dan akar yang pemanfaatannya diperkirakan merusak ekosistem hanya berkisar empat dampai delapan persen,” kata Kintoko. Oleh itu jamu diyakini dapat dikembangkan sebagai produk farmasi yang ramah lingkungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement