Selasa 16 May 2017 14:21 WIB

RS Kanker Dharmais Tegaskan tak Akan Berikan Tebusan

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Winda Destiana Putri
Serangan siber yang diakibatkan oleh ransomware.
Foto: bbc
Serangan siber yang diakibatkan oleh ransomware.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Humas Rumah Sakit Kanker Dharmais, Chaeruddin menegaskan tidak memberikan uang tebusan terkait Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang terkena serangan siber "ransomware" yang menginfeksi 61 komputer di RS Pusat Kanker tersebut.

"Kami tidak mau bayar tebusan itu, ya seperti itu. Karena RS Dharmais instansi pemerintah, sudah ada anggaran, kalau buat tebusan ini bagaimana tanggung jawabnya," terangnya di RS Kanker Dharmais, Jalan S Parman, Jakarta Barat, Selasa (16/5).

Sehingga, sambung dia, pihak Direksi tidak akan sembarangan mengambil keputusan untuk membayarkan tebusan. "Tidak segampang itu, uang pemerintah ini harus dipertamggungjawabkan. Kan kita dibawah Kemenkes," ujarnya.

Adapun, dari 600 komputer di RS Kanker Dharmais, hanya 60 komputer yang positif terinfeksi virus ransomware.  Sebagian besar yang terkena juga bukan komputer pelayanan, melainkan komputer pribadi di setiap ruangan staff atau pegawai.

"Kebanyakan yang kena personal komputer yang terhubung internet. Memang ada pelayanan yang kena, jadi dari 600 kurang 60, masih ada sisa 540. Artinya sebenarnya kami masih bisa jalan (pelayananannya), karena kami punya tiga backup server," ucapnya.

Ratusan pasien di Rumah Sakit Kanker Dharmais masih harus rela antre lebih lama lantaran adanya gangguan pada Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang terkena serangan siber "ransomware" yang menginfeksi komputer secara global.

Pantauan Republika, spanduk bertuliskan pemberitahuan rumah sakit diserang virus komputer masih terpasang di tempat pendaftaran dan pelayanan pasien. Para pasien juga masih harus terus bersabar karena pelayanan yang biasanya dibuka pukul 07.00 WIB, pada Selasa (16/5) dibuka pada pukul 10.00 WIB.

Serangan siber bersifat tersebar dan masif, serta menyerang critical resource atau sumber daya sangat penting, yang bisa dikategorikan teroris siber. Wanna Decryptor atau 'Wanna-Cry' menyasar institusi yang menyediakan pelayanan kesehatan. Tapi, belakangan, penyebaran malware merebak ke sejumlah perusahaan swasta.

Ransomware adalah jenis malicious software atau malware yang menyerang komputer korban dengan cara mengunci komputer korban atau mengenkripsi semua file yang ada sehingga tidak bisa diakses kembali. WannaCry, sendiri merupakan jenis baru dari ransomware mengincar PC berbasis windows yang memiliki kelemahan terkait fungsi Server Message Block (SMB).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement