REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Corruption Watch (ICW) membuka pendaftaran Sekolah Anti-Korupsi sampai 31 Mei 2017. Seluruh pemuda dari Sabang sampai Merauke dipersilakan mendaftar. Kelas dimulai pada Agustus 2017.
Kepala Sekolah Anti Korupsi ICW Abdullah Dahlan, menuturkan pendaftaran sekolah sudah dibuka sejak awal April 2017. "Kami hanya membatasi 25 murid yang berasal dari seluruh Indonesia. Mereka semua dipersilakan mengirimkan CV, tulisan, dan mimpi mereka tentang gerakan anti korupsi," jelas dia dalam diskusi publik di Kantor ICW, Jakarta Selatan, Senin (15/5) sore.
ICW melihat korupsi di Indonesia memiliki pola yang terstruktur, sistematis, dan massive. Problem korupsi tersebut, dianggap Abdullah, sebagai hal yang sangat serius. Pola tersebut pun berasal dari hubungan yang sangat dekat sekali.
"Contohnya, ada bapak dan anak korupsi dalam pengadaan Alquran. Ada juga suami dan istri, bahkan suami dan istri simpanan. Jadi ini lingkaran yang sangat dekat sekali. Dalam gerakan anti korupsi ini, kami ingin menunjukkan rasa cinta kami kepada NKRI," papar dia.
Sekolah Anti Korupsi, juga bertujuan untuk perluasan jaringan antikorupsi, dan memperbanyak kader-kader antikorupsi, agar jangan sampai pemuda jadi bagian korupsi. Sekolah tersebut sudah sampai di angkatan yang ketiga. Pelajaran yang nantinya diberikan adalah pemahaman soal isu korupsi. Murid diharapkan dapat memahami metodologi melawan korupsi.
Kemudian kemampuan cara bedah kebijakan dan anggaran publik. Murid akan dibekali kemampuan investigasi, sama seperti rekan jurnalis. Minimal murid mampu memahami 5W 1H.
Sekolah ini menjadi hal penting, menurut Abdullah, di tengah praktik korupsi Indonesia yang merajalela. Harus ada pencegahan, dan perlu diadakan konsolidasi pencegahan