REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- "Maut terus mengintai di sepanjang jalur utama Semarang- Bawen." Kalimat ini meluncur dari mulut Sunardi (42), warga Lemah Ireng, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, di sebuah warung makan di kawasan Ungaran.
Pria yang setiap hari menyusuri jalur utama ini, mengaku ‘miris’ dengan jamaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Ia menyebut setiap pekan, setidaknya terjadi dua hingga tiga kecelakaan lalu lintas di jalur ini.
Hal yang membuatnya lebih miris, kecelakaan lalu lintas ini sering melibatkan truk angkutan barang berbadan lebar. Tak jarang kendaraan yang mengalami kecelakaan tersebut juga tengah sarat muatan.
Dampaknya, jalanan macet, tak terkecuali pada saat jam sibuk. “Hari ini, pagi- pagi sudah macet, karena ada truk bermuatan pasir terguling di depan Nissin (pabrik roti),” ungkapnya, Rabu (10/5).
Sebagai pengendara sepeda motor, pria yang mengaku karyawan sebuah toko cat di kawasan jalan MT Haryono, Semarang ini mengaku selalu was-was jika melintas di jalur ini. Hal itu terutama dengan adanya kendaraan sarat muatan tersebut.
Sebab di jalur ini sering terjadi truk yang tengah sarat muatan mengalami rem blong. Ia menyebutkan pada Sabtu (6/5) malam, rem truk kontainer bermuatan asbes blong dan menabrak tiga mobil yang tengah berhenti di lampu merah menuju exit tol Ungaran.
Dalam kecelakaan ini memang tak sampai menimbulkan korban jiwa. Namun sebagai pengendara sepeda motor yang setiap hari menyusuri jalur ini tetap merasa khawatir. “Kalau- kalau menyambar sepeda motor, pasti kan fatal mas,” ujarnya.
Banyaknya truk angkutan berbadan lebar yang masih saja memadati jalur utama Semarang- Bawen ini, terutama pada jam- jam sibuk pagi hari atau sore hari. Padahal sudah ada jalan tol dari Kota Semarang yang langsung keluar di exit tol Bawen.
Kendaraan berbadan besar ini dinilai sering memicu kepadatan arus lalu lintas, baik dari arah Semarang menuju Bawen atau arah sebaliknya. Ia mencontohkan pada saat truk berbadan lebar ini berjalan beringan di tanjakan.
Karena beban muatannya, truk- truk tersebut tidak bisa melaju lebih cepat. Yang terjadi seperti menutup jalan dan seolah- olah tak memberi kesempatan kepada pengguna jalan lain untuk bisa mendahului.
Belum lagi truk kontainer atau truk tronton tanpa muatan saat melintas di jalur ini jamak yang berkecepatan tinggi. Seolah tak menghiraukan pengguna jalan lainnya, truk kontainer ini hanya mengandalkan suara klakson yang suaranya cukup memekakkan telinga. “Lalu untuk apa jalan tol yang sudah jadi itu,” kata Sunardi.
Padahal, kata dia, tak sedikit korban pengendara sepeda motor berjatuhan di jalur ini. “Sering terjadi di jalur Semarang- Bawen ini pengendara sepeda motor tewas karena (maaf) terlindas truk di jalan,” tandasnya.
Kasatlantas Polres Semarang, AKP Dwi Nugroho melalui Kanit Laka, Ipda Mahfudi mengungkap, sepanjang Januari hingga April 2017, di wilayah hukum Polres Semarang telah terjadi sebanyak 176 kasus kecelakaan lalu lintas.
Sebanyak 98 kasus diantaranya terjadi di jalur utama Batas Kota Semarang- Bawen. “Dibandingkan dengan jalur Bawen- Ambarawa (22 kasus kecelakaan) atau Bawen- Salatiga (26 kasus kecelakaan) jumlah angka kecelakaan di jalur Semarang- Bawen ini cukup mendominasi,” katanya.
Angka kecelakaan lalu lintas periode Januari- April ini, jelasnya, telah merenggut 48 jiwa, empat korban luka berat dan 186 korban luka ringan serta mengakibatkan kerugian materiil mencapai Rp 89.4 juta.