REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto menceritakan pengalaman masyarakat di Bali dan Indonesia yang bangkit ketika menjadi korban ledakan bom teroris 15 tahun yang lalu. Menurutnya, masyarakat di Bali telah membuktikan keberhasilan mereka pascabom teroris 15 tahun yang lalu.
"Sehingga hari ini kita bisa menikmati surga wisata yang ada di Bali,” kata Menko Polhukam Wiranto saat menghadiri acara Workshop on Strengthening Tourism Business Resilience Againts The Impact of Terrorism Attack di Bali, Selasa (9/5).
Melalui keterangan pers yang diterima, Wiranto menceritakan, 15 tahun yang lalu masyarakat Bali telah menjadi korban dari aksi terorisme berskala besar yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang parah. Bukan hanya di Indonesia, tetapi dunia juga kaget saat menyaksikan kebrutalan tindakan tersebut. Karena lebih dari 200 korban dari 22 negara kehilangan nyawanya, separuh lainnya mengalami luka fisik yang sangat parah dan sampai hari ini masih dirasakan.
“Tapi korban terbesar dari semua akibat serangan bom itu secara alami adalah industri pariwisata di Bali dan kehidupan masyarakat di Bali,” kata Wiranto.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata pada tahun 2012, dalam dua tahun berturut-turut setelah pemboman, kunjungan wisatawan turun lebih dari 40 persen. Kemudian, lebih dari 200 ribu pekerjaan yang berkaitan dengan pariwisata tutup. Pendapatan devisa juga menurun 10,21 persen setelah pemboman 2002 dan 2,61 persen setelah pemboman 2005 dengan total kerugian setengah miliar dolar AS pada kedua tahun tersebut.
“Tetapi kita bukanlah bangsa atau masyarakat yang dengan mudah kehilangan kepercayaan diri dan selalu bertahan ketika menghadapi bencana atau kesulitan, termasuk serangan teroris. Kita tidak pernah tunduk pada ancaman teroris, dan pada hari ini kita bahkan lebih berkomitmen untuk melawan dan mengalahkan kejahatan luar biasa ini,” kata Wiranto.