REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan Islamic Book Fair (IBF) 2017 ditutup pada Ahad (7/5). Selain apresiasi, Muhammadiyah menyampaikan beberapa hal untuk perhelatan buku Islami terbesar nasional ini.
Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menyampaikan, Islamic Book Fair (IBF) merupakan forum yang sangat bagus. IBF menjadi ajang promosi juga edukasi dan literasi di masyarakat, khususnya umat Islam. Dari waktu ke waktu penyelenggaraan juga semakin baik.
Sayangnya, IBF belum banyak didukung oleh buku-buku yang berkualitas terutama yang berisi pemikiran dan hasil-hasil penelitian. Demikian halnya dengan buku anak-anak yang berkualitas. Jumlah dan variasinya sangat terbatas.
Karena itu, sebelum diselenggarakan, penyelenggara IBF mestinya sudah dilakukan pra acara berupa lomba penulisan. "IBF bisa menjadi sarana melahirkan karya-karya keislaman dan penulis yang handal. Belum banyak penulis muda yang berpartisipasi, termasuk penulis perempuan," ungkap Mu'ti melalui pesan tertulis kepada Republika, Ahad (7/5).
IBF pun seharusnya mampu memotivasi dan meningkatkan minat baca masyarakat. Indeks literasi di Indonesia sangat rendah. Budaya membaca buku belum berkembang dengan baik.
"Oleh sebab itu, IBF bisa diperkuat dengan forum kecil di tingkat komunitas baik berupa pameran maupun diskusi buku," ujar Mu'ti.
IBF sendiri telah digelar sejak 2001 oleh IKAPI DKI Jakarta. Buku-buku yang dihadirkan di IBF sangat variatif, mulai dari buku bacaan anak-anak, buku referensi, novel, hingga Alquran. Di IBF yang digelar pada 3-7 Mei 2017 ini, ada lebih dari 20 ribu judul buku baru.
IBF sendiri telah digelar sejak 2001 oleh IKAPI DKI Jakarta. Buku-buku yang dihadirkan di IBF sangat variatif, mulai dari buku bacaan anak-anak, buku referensi, novel, hingga Alquran. Tahun ini, IBF dimeriahkan 327 stan, Kids Zone, dan Halal Food Court.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
