Sabtu 06 May 2017 18:42 WIB

Syamsi Dhuha Foundation dan ITB Gelar Perayaan Hari Lupus Se-Dunia

Rep: Zuli Istiqamah/ Red: Agus Yulianto
Ketua Syamsi Dhuha Foundation (SDF) Dian Syarief (kiri) meneriakan yel-yel semangat pada saat acara World Lupus Day 2017 oleh Syamsi Dhuha Foundation (SDF) di Aula Barat ITB, Jalan Ganeca, Kota Bandung, Sabtu (6/5).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ketua Syamsi Dhuha Foundation (SDF) Dian Syarief (kiri) meneriakan yel-yel semangat pada saat acara World Lupus Day 2017 oleh Syamsi Dhuha Foundation (SDF) di Aula Barat ITB, Jalan Ganeca, Kota Bandung, Sabtu (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebuah lembaga sosial yang peduli pada orang dengan penderita lupus (Odapus), Syamsi Dhuha Foundation (SDH) menggelar acara peringatan Hari Lupus Sedunia yang biasa jatuh pada 10 Mei. Bekerja sama dengan Sekolah Farmasi ITB, kegiatan tersebut diadakan di Aula Barat ITB, Kota Bandung, Sabtu (6/5).

Acara peringatan Hari Lupus se-Dunia digelar dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang diikuti Odapus. Mulai dari senam sehat, konsultasi gratis, hingga seminar kesehatan.

Ketua SDF yang juga penyandang lupus, Dian Syarief, mengatakan, kegiatan ini digelar untuk memfasilitasi odapus berkegiatan dan bersosialisasi. Dengan tujuan meningkatkan kualitas dan semangat hidup odapus.

"Kami ingin odapus ini bisa terus sehat. Sehat dalam tanda petik karena memang odapus nggak bisa sehat 100 persen. Lewat kegiatan ini kita coba bangkitkan jiwanya yang sehat. Dengan berkegiatan yang positif itu pasti merea akan lebih happy dan merasa lebih sehat sehingga kualitas hidupnya meningkat," kata Dian di sela-sela acara.

Dalam acara ini, Dian menyebutkan tema yang diangkat ialah "Go healthy, be happy". Diharapkan bisa membangun kesadaran untuk hidup sehat jiwa dan raga serta meningkatkan produktivitas.

Dian menyebutkan lupus yang menyerang sistem imunitas tidak seharusnya dijadikan alasan odapus mengucilkan diri dari pergaulan. Odapus tetap bisa bahkan dianjurkan tetap berkegiatan seperti biasa.

Untuk membangkitkan semangat bersosialisasi dan mengejar impian, dalam acara ini dihadirkan pembicara-pembicara seminar yang memotivasi. Di tengah keterbatasannya tapi tetap berprestasi.

Di antaranya dr. Ekasakti Octohariyanto yang merupakan dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ada pula Luky Lambang Santoso yang merupakan penyandang autoimun yang sukses berwirausaha kebun organik.

"Karena itu kota harus berbuat sesuatu untuk dapat menyelamatkan jiwa dan meningkatkan kualitas hidup. Orang-orang itu membuktikan kalau tidak ada batasan meski penyandang lupus," ujar Dian.

Selain itu, dihadirkan pula binaragawan terkenal, Ade Rai. Ade Rai memaparkan kiat-kiat menjaga hidup sehat dan bugar sebagai kewajiban setiap manusia bagi tubuhnya

Dian menyebutkan diperkirakan penyandang lupus di Indonesia sekitar 400 ribu orang. Sementara untuk Jawa Barat sekitar tiga ribu orang dengan tingkat penyakit yang berbeda-beda mulai dari ringan, sedang, dan berat.

Oleh karena itu, kegiatan yang dilakukan SDF juga dikatakannya dalam rangka menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat terkait lupus. Bahwa penyandang lupus bukan sosok yang harus dihindari karena penyakit ini tidak menular.

 

"Kita ubah paradigma masyarakat. Termasuk kepada orangtua atau keluarga odapus agar tidak sedih tapi semangat untuk membantu menangani penyakit tersebut. Sakit itu tidak selalu menderita kalau bisa disikapi dengan pikiran yang happy," tuturnya.

Dalam kegiatan ini, juga difasilitasi anggota SDF untuk menjual aneka produk dan kreasi, sayuran organik, perlengkapan odapus seperti payung cantik, kotak obat, masker penutup mulut dan hidung serta tabir surya. Hal ini dalam rangka mendorong odapus untuk berwirausaha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement