REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jawa Timur pada Februari 2017 tercatat sebesar 4,10 persen atau turun 0,04 poin dibandingkan TPT pada Februari 2016 yang sebesar 4,14 persen. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, jumlah penduduk usia kerja di Jatim per Februari 2017 tercatat sebesar 30,31 juta orang.
Dari angka tersebut, jumlah angkatan kerja sebanyak 20,89 juta orang (68,93 persen). Jumlah yang bekerja mencapai 20,03 juta orang, sisanya sebanyak 855,75 ribu orang masih menganggur.
Kepala BPS Jatim Teguh Pramono mengatakan, tingkat pengangguran di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. TPT di kota sebesar 5,65 persen, sedangkan TPT desa sebesar 2,54 persen.
"Pengangguran terbuka kota selalu lebih tinggi dari desa. Sebab lapangan kerja di kota lebih banyak yang formal sehingga orang tidak mudah memasuki dunia kerja atau kalau di luar itu untuk membuka usaha butuh modal. Sementara di pedesaan relatif tidak ada kesulitan masuk dunia kerja karena informal sehingga lebih mudah," jelas Teguh dalam konferensi pers di kantor BPS Jatim, Surabaya, Jumat (5/5).
Dilihat dari tingkat pendidikan, kata Teguh, tingkat pengangguran terbanyak berlatar belakang lulusan SMK sebesar 8,88 persen. Disusul tamatan Diploma sebanyak 8,18 persen, tamatan SMA sebanyak 5,74 persen, lulusan SMP sebesar 3,88 persen, lulusan universitas sebesar 3,77 persen, serta paling sedikit dari lulusan SD ke bawah sebanyak 2,37 persen.
Menurut Teguh, tingginya angka pengangguran SMK diperkirakan karena kualitas lulusan SMK yang belum sesuai dengan kebutuhan industri. Selain itu, untuk merancang pertautan yang cocok antara lulusan SMK dengan kebutuhan industri dinilai tidak mudah. "Dunia usaha pengennya dapat lulusan SMK supaya tidak mengeluarkan biaya training. Peluangnya tinggi tapi butuh link and match," ucap Teguh.
Ia menambahkan, struktur lapangan kerja di Jatim masih didominasi sektor pertanian, perdagangan, industri pengolahan dan jasa kemasyarakatan. Keempat sektor ini menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Jatim. Pada Februari 2017, sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 35,12 persen; sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi menyerap sebanyak 22,88 persen; sektor industri pengolahan menyerap 14,95 persen; serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan menyerap sebesar 14,06 persen.
"Mayoritas tenaga kerja bekerja di sektor formal seperti buruh/karyawan sebesar 62,79 persen, dan sisanya di sektor informal sebanyak 37,21 persen," terangnya.