Jumat 05 May 2017 17:04 WIB

Lebih dari 100 Sumur Warga di Kediri Ambles, Ada Apa?

Rep: Kabul Astuti/ Red: Nur Aini
Sumur/ilustrasi
Sumur/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Lebih dari seratus sumur di Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ambles sejak 24 April 2017 silam. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Sudarmawan memaparkan ada 133 sumur yang ambles.

Sumur yang ambles ada di lima dusun di Desa Manggis dan Desa Gadingan, Kecamatan Puncu, yakni Dusun Nanas, Dusun Jambean, Dusun Dodok, dan Dusun Manggis. Di Dusun Nanas terdapat 37 sumur yang ambles dari total 78 sumur, Dusun Jambean terdapat 11 sumur ambles dari 125 sumur, Dusun Dorok terdapat 80 sumur ambles dari 700 sumur, serta Dusun Manggis terdapat 1 sumur dari 121 sumur.

"Total sumur longsor ada 133. Sumur yang keruh ada 17 sumur di dusun Nanas, 26 sumur di dusun Jambean, 14 sumur di dusun Dorok, dan 39 sumur di dusun Manggis. Total sumur keruh ada 113. Sisanya normal," kata Darmawan, kepada Republika.co.id, Jumat (5/5).

Untuk mencukupi kebutuhan air bersih warga, Darmawan mengatakan BPBD melakukan droping air bersih. Droping air bersih melalui PDAM dilakukan dua tangki per hari, dengan kapasitas 2.000 liter per tangki. Hal itu ditambah, droping air bersih bantuan dari swasta dua tangki per hari dengan kapasitas 10 ribu liter per tangki. Jumlah droping air bersih per hari disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sekitar.

BPBD juga menurunkan bantuan peralatan tandon air kapasitas 600 liter sebanyak lima unit dari swasta, tandon air berkapasitas 2.000 dan 2.500 liter sebanyak 2 unit dari BPBD Kab Blitar. Adapula, jerigen air berkapasitas 25 liter sebanyak 15 unit dari BPBD Provinsi Jatim, 23 unit dari BPBD Kab Blitar, dan 20 unit Kab Tulungagung. Gentong air kapasitas 60 liter sebanyak 20 unit dari BPBD Kab Blitar.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, menyebutkan longsor terjadi mulai 24 April 2017 pukul 17.30 WIB di empat desa Kecamatan Puncu. Hujan deras turut memicu terjadinya longsor. Pembaruan yang diterima BNPB baru sampai Jumat, 28 April 2017 pukul 20.00 WIB, terdapat ada 69 titik sumur tradisional yang ambles.

"Kami sudah cek lokasi dan melalui perangkat desa kami melarang sementara (agar) sumur tidak digunakan, warga tidak boleh beraktivitas di sekitar sumur," kata Sutopo. Ia juga mengimbau warga agar lebih peka melihat tanda-tanda retakan di tanah atau dinding rumah.

Warga disarankan tidur di lantai untuk meningkatkan kepekaan apabila terjadi gerakan tanah. Sutopo mengatakan pihaknya masih menunggu tenaga ahli dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Institut Teknologi Surabaya (ITS) untuk mengkaji kejadian ini.

Dari data Tim Tanggap Darurat Bencana Gerakan Tanah PVMBG yang disampaikan Herry Purnomo, menjelaskan amblesan tanah disebabkan antara lain, sifat fisik lapisan abu dan pasir vulkanik (piroklastik) dan endapan lahar yang tidak kompak dan mudah runtuh. Fluktuasi/perubahan muka air tanah pada akhir-akhir ini terjadi secara drastis. Kenaikan muka air tanah secara drastis dari 15 meter ke 3 meter.

"Konstruksi sumur gali (buis beton) tidak sampai dasar sumur sehingga terdapat dinding sumur yang tidak ada pelindungnya dan terjadi runtuhan. Runtuhan dinding sumur di bawah konstruksi buis beton yang menimbulkan rongga atau gerowong," tutur Herry Purnomo. Dimungkinkan, ada pula pengaruh patahan sesar di sekitar lokasi.

Menurut kajian PVMBG, gerakan tanah terjadi akibat sifat fisik tanah batuan yang mudah lepas dan runtuh. Dinding sumur yang tidak berkonstruksi mengalami kikisan atau runtuh secara bertahap sehingga menimbulkan rongga pada dasar sumur.

Akibat terjadinya perubahan fluktuasi muka air tanah secara drastis, menyebabkan pelarutan pada tanah batuan di bagian dinding sumur sehingga bagian tersebut ambles. Pada awal kejadian, menurut Herry, hanya 55 sumur. Sampai saat ini sudah 133 sumur yang ambles.

Herry memprediksi, masih akan terjadi amblesan pada sumur-sumur lain yang konstruksinya menggantung atau tidak sampai dasar sumur. Namun, ia menegaskan amblesan yang terjadi tidak berpotensi menimbulkan bencana longsor dalam skala besar. Masyarakat diimbau agar tetap tenang.

Sementara itu, air sumur di lokasi yang ambles tampak keruh, berbuih, derajat keasaman (PH) 6,44, dengan daya hantar listrik 529. Pemeriksaan sumur dan lahan lokasi bencana telah dilakukan bersama Tim Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PSDAT GL) atau Badan Geologi. Hasil pemeriksaan air menunjukkan air sumur dalam kondisi normal dan layak dikonsumsi.

Ia menambahkan telah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat di lokasi bencana bersama tim PVMBG dan BPBD setempat. "Masyarakat disarankan tidak mendekati sumur terutama pada waktu atau setelah hujan. Tidak memgambil air melalui timba di bibir sumur, dan tidak menguras sumur atau masuk ke dalam sumur," ujar Herry.

Herry menyarankan agar sumur ditimbun dengan tanah, pasir, batu, dan dipadatkan. Konstruksi sumur harus sampai dasar, atau dibuat sumur pantek atau sumur bor sampai batuan keras/kompak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement