Rabu 03 May 2017 20:36 WIB

PBNU Imbau Masyarakat tak Gunakan Agama di Ruang Politik

Rep: Muhyiddin/ Red: Indira Rezkisari
Rois Syuriah PBNU Masdar Farid Mas'udi
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Rois Syuriah PBNU Masdar Farid Mas'udi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rais Suriah PBNU, Kiai Masdar Farid Mas’udi mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menggunakan agama di dalam ruang politik, termasuk warga Jawa Barat yang akan menghelat Pilkada Jabar 2018 mendatang. Ia mengatakan bahwa kampanye menggunakan agama sebagai cara kampanye sangat berbahaya terhadap keberagamaan dan kebersamaan.

“Janganlah kampanye menggunakan agama di ruang politik. Itu destruktif, merusak sekali. Itu (kampanye menggunakan agama) tidak pantas,” ujar Kiai Masdar saat menjadi pembicara dalam Halaqoh Nasional Pemenuhan Hak-Hak Kewarganegaraan yang digelar Wahid Foundation di Swiss-Bell Hotel, Jakarta, Rabu (3/5).

Kendati kampanye menggunakan agama disebut cara yang paling “murah” oleh Kiai Masdar, namun kampanye itu menurutnya sangat berbahaya. Dampak dari kampanye dengan membenturkan agama bisa menyebabkan terjadinya benturan sosial. Dan jika diulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang, kampanye yang disebut sektarian ini dapat mengancam keamanan negara. 

“Bisa rontok negara ini, jika diterus-teruskan,” ucapnya.

Peneliti Senior Wahid Foundation yang juga merupakan anggota Ombudsman Indonesia, Ahmad Suaedy mengungkapkan hal senada. Ia percaya bahwa kebersamaan dan toleransi warga Jawa Barat juga akan diuji dalam Pilkada Jawa Barat mendatang.

“Perpecahan antara agama dan kelompok keagamaan yang terjadi di Jakarta juga bisa terjadi di Jawa Barat ketika Pilkada nanti,” kata Suaedy. 

Bercermin dari Pilkada DKI Jakarta dari tiga periode terakhir, Suaedy menunjukkan adanya peningkatan kasus intoleransi di Indonesia. Hal yang paling terasa menjadi pembeda antara pilkada kali ini dengan pilkada sebelumnya adalah tingkat kerasnya konflik yang dihasilkan selama pilkada berlangsung. 

“Dalam Pilkada DKI 2017 kerusakan yang ditimbulkan oleh kampanye agama atau sektarianisme lebih dahsyat, sebab sampai merusak mekanisme sosial masyarakat,” jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement