REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) bersama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menandatangani nota kesepahaman Gerakan Nasional Revolusi Mental di Kantor PBNU pada Rabu (3/5). Kerja sama tersebut mengusung tema "Islam Nusantara dan Pendidikan Revolusi Mental untuk Pembentukan Karakter Bangsa."
"MoU (nota kesepahaman) ini merupakan kesepakatan yang harus kita bangun dan harus kita realisasikan," kata Ketua Umum PBNU, Kiai Said Aqil Siroj usai menandatangani nota kesepahaman, Rabu (3/5).
Kiai Said Aqil menerangkan, yang paling penting adalah bagaimana cara membangun manusia di Indonesia. Dia mencontohkan kondisi dan konflik di Timur Tengah. Di Indonesia diharapkan jangan sampai terjadi konflik seperti di Timur Tengah.
Menurutnya, Muslim di Timur Tengah sudah hancur martabat, karakter dan budayanya. Kehancuran terjadi akibat globalisasi dan Arab Spring. Mereka tidak bertahan menghadapi itu semua. Alhamdulillah, Muslim Indonesia terutama warga NU masih menjaga karakter, kepribadian dan jati diri. Meski demikian, masih prihatin karena banyaknya paham impor.
"Maka NU selalu menjaga Islam Nusantara, Islam yang menghormati budaya, bahkan menjadikan budaya sebagai infrastruktur daripada agama," ujarnya.
Ia menerangkan, kerjasama yang akan dilakukan Kemenko PMK dengan PBNU salah satunya berbentuk penyelenggaraan pelatihan. Tujuannya revolusi mental, jadi diharapkan dengan pelatihan tersebut bisa menjadi bangsa yang bermental dan bermoral.