Rabu 26 Apr 2017 09:19 WIB

Aspirasi Bedah Buku Disruption Rhenald Kasali

Aspirasi menggelar bedah buku terbaru milik Rhenald Kasali dan Dedi Mahardi
Foto: dok: Aspirasi
Aspirasi menggelar bedah buku terbaru milik Rhenald Kasali dan Dedi Mahardi

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Asosiasi Penulis dan Inspirator Indonesia (Aspirasi) menggelar acara bedah buku milik Rhenald Kasali berjudul Disruption dan Dedi Mahardi berjudul Revolusi Mental.

Dalam paparanya Rheinald Kasali mengatakan, bukunya memiliki subjudul "Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan Dalam Peradaban Uber". Menurut dia, lawan tak kelihatan salah satunya adalah media, yang dibuat oleh orang-orang yang bukan bekerja sebagai wartawan.

Buku itu ditulis Rhenald sejak awal tahun 2016 dan selesai pada akhir tahun yang sama. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama itu terdiri dari 16 bab yang dibagi dalam lima bagian setebal 497 halaman.

Melalui buku terbaru ini, Rheinald berupaya menyuguhkan sebuah cara pandang kepada para pembaca, tak terkecuali pemegang kebijakan, untuk memahami perubahan yang tengah terjadi. Sehingga dapat mengambil sikap yang relevan di hadapan perubahan tersebut.

Untuk menghadapi perubahan ini, Rhenald meminta para pemain lama untuk memiliki mesin baru. Mesin baru itu adalah orang muda yang penuh akan inovasi dan memiliki cara pandang jauh kedepan.

“Di dunia ini orang muda itu miskin masa lalu, tapi kaya masa depan. Internet of think. Lawan kita saat ini adalah orang yang menggunakan masa depan, untuk melawan kita di masa sekarang,” ujar Rheinald Kasali dalam diskusi yang digelar pada Ahad (23/4) kemarin di Bekasi, Jawa Barat.

Sementara motivator, inovator, dan author nasional, Dedi Mahardi juga meluncurkan buku Revolusi Mental. Dedi mengatakan, revolusi mental yang menjadi jargon Presiden Jokowi belum berdampak yang signifikan. Ditandai dengan semakin maraknya korupsi dan penyakit masyarakat lainnya semakin parah.

"Kalau dilihat dari kondisi bangsa, belum berdampak yang besar. Apalagi dibandingkan dengan bangsa yang juga menganut revolusi mental seperti Kuba dan China," kata Dedi.

Menurut Dedi, negara yang sudah berhasil revolusi mentalnya adalah munculnya pemimpin yang dapat jadi teladan serta sistem yang mengikat semua elemen bangsa, sehingga mereka bisa berubah. Tetapi, di negara ini, kata dia, sistem dibuat untuk kepentingan kelompok dan kepentingan jangka pendek.

Menurut dia, ada beberapa cara untuk mempercepat mental rakyat Indonesia berrevolusi. Namun, harus dibarengi dengan sikap konsisten dari pemimpin negara. "Pertama, mulailah berubah dari diri sendiri. Kedua, merekrut agen-agen perubahan untuk disusupkan di semua lapisan masyarakat. Ketiga, menjadikan integritas dan etika moral sebagai syarat utama seseorang diangkat jadi pemimpin semua level kepemimpinan," ujar dia.

"Keempat, mendidik pemimpin agama dan guru yang pantas diteladani oleh semua umat. Kelima, membuat efek malu kepada koruptor dan orang-orang bermoral bejat dengan menyiarkan setiap periode tertentu dan mendaftarkan di laboratorium revolusi mental," kata Dedi.

Selain dihadiri oleh anggota Aspirasi, bedah buku ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional. Di antaranya mantan menteri perencanaan pembangunan nasional Andrinof Chaniago dan mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko.

“Saya banyak menjadikan buku Rhenald Kasali sebagai sumber referensi untuk memberikan ceramah di berbagai perguruan tinggi,” kata Moeldoko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement