Ahad 23 Apr 2017 13:32 WIB

'Apa Kapasitas Zakir Naik Mengurus Bahasa Indonesia?'

Facebook
Facebook

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, melarang umat Islam di daerah tersebut belajar tentang agama lewat media sosial (medsos). Salah satu kabar yang ramai beredar di media sosial adalah soal kalimat Insya Allah dengan membawa-bawa nama Zakir Naik.

Ketua MUI Palu, Prof Zainal Abidin menyatakan, informasi di media sosial yang disebarkan oleh oknum-oknum tertentu tidak dapat dijadikan referensi sepenuhnya. "Umat Islam jangan belajar tentang Islam lewat media sosial seperti dari 'whatsapp', 'BBM', 'facebook', 'instagram' dan sebagainya," katanya di Palu, Ahad (23/4).

Ia mencontohkan akhir-akhir ini umat Islam cenderung menulis kalimat Insya Allah yang dimaksudkan sebagai 'Jika Allah mengizinkan' atau 'Kehendak Allah', kemudian berubah menjadi In Sha Allah. Namun, kata ia, menurut informasi yang beredar, itu penulisan yang benar yaitu In Sha Allah. Sementara Insya Allah adalah salah, karena jika menggunakan huruf 'sy' maka diartikan menciptakan Allah.

"Kalau Insya Allah menurut informasi dari media sosial yang membawa-bawa nama Zakir Naik yaitu menciptakan Allah. Karena itu, menurut informasi tersebut yang benar yaitu 'In Sha Allah'," ujarnya.

Ia menilai hal itu adalah keliru karena huruf syin dalam kalimat tersebut jika ditulis dalam bahasa Indonesia maka menggunakan 'sy', bukan 'sh'. Zainal pun membantah keras jika Zakir Naik mengurus tentang penulisan kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia, dikarenakan Zakir Naik bukan orang Indonesia melainkan orang India yang ahli di bidang perbanding agama, bukan ahli bahasa Indonesia.

"Apa kapasitas Zakir Naik mengurus bahsa Indonesia? Saya yakin informasi yang beredar tersebut bukan dari Zakir Naik, tetapi oknum-oknum tertentu yang membawa-bawa nama Zakir Naik," sebutnya.

Namun demikian ia menganggap, persoalan tersebut bukanlah hal yang prinsip di dalam Islam. Akan tetapi, ia menekankan agar Islam tidak serta merta langsung menjadikan referensi, patokan dan pedoman informasi dari media sosial.

"Jangan jadikan informasi di media sosial sebagai rujukan dan landasan kalian. Tetapi carilah guru atau seseorang yang berpengetahuan tentang Islam kemudian bertanya langsung, agar kalian tidak keliru," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement