REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peserta Tamasya Al Maidah yang datang ke Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, tak seramai aksi-aksi sebelumnya seperti aksi 411 ataupun aksi 212. Namun, pihak Masjid Istiqlal menegaskan tidak melarang peserta yang merupakan alumni aksi 212 tersebut.
Salah satu Satpam Masjid Istiqlal, Syamsuri mengatakan bahwa Masjid Istiqlal tidak pernah melarang peserta yang ingin menyaksikan Pilkada DKI tersebut untuk datang. Hanya saja, kata dia, setiap pukul 22.00 WIB masjid memang ditutup dan dibuka kembali pada pukul 03.30 WIB.
"Adanya seperti ini bukan untuk melarang apabila adanya peserta Al Maidah masuk, bukan. Memang rutin seperti itu (ditutupnya)," ujarnya saat ditemui di Masjid Istiqlal, Rabu (19/4).
Berdasarkan pantauan di lokasi, sejak pagi tadi peserta Tamasya Al Maidah di Masjid Istiqlal memang sangat jarang ditemui. Kendati demikian, menurut Syamsuri, sempat ada sekitar 10 remaja yang akan ikut tamasya datang ke Istiqlal sambil membawa bendera. Namun, karena sepi akhirnya balik lagi.
Syamsuri mengungkapkan perbedaan antara Tamasya Al Maidah dan aksi 212. Menurut dia, waktu melakukan Aksi 212 diizinkan menginap di masjid tersebut lantaran pesertanya lebih banyak dan mempunyai misi yang jelas. Sementara, Tamasya Almaidah cenderung politis. "Nah, pada waktu aksi 212 kan hari Jumat mungkin itu sudah izin. Polri juga waktu itu bergerak semua. Kalau ini (Tamasya Al Maidah) bergerak-bergerak tapi keadaannya begini, kagak ada, mau bilang apa," ucapnya.
Ia mengatakan, jika pada saat aksi 212 mempunyai misi untuk memprotes penista agama, tapi Tamasya Al Maidah ini mempunyai tujuan untuk Pilkada DKI Jakarta. "Jadi beda misinya. Ini kan karena pilkada kemarin misinya beda lagi," katanya.
Kepala Bidang Protokol dan Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengatakan bahwa pihaknya tidak melarang siapa pun yang akan datang ke Istiqlal jika niatnya untuk ibadah. "Kalau tujuannya ibadah tidak mungkin dilarang. Tapi kalau tujuannya ada kepentingan-kepentingan pasti kami koordinasi sama keamanan," ujarnya.