REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastusti berbicara panjang lebar dalam acara milad ke 52 Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Rabu (19/9). Dalam pidato miladnya, Susi mengungkap banyak hal mengenai berbagai terkait kondisi, tantangan dan apa yang sudah dilakukan untuk menegakkan kedaulatan sumber daya kelautan Indonesia.
"Berbagai kebijakan yang ada saat ini sudah on the right track. Saya minta, kondisi bisa terus dipertahankan karena realitasnya hanya tingga sumber daya kelautan yang masih bisa kita pertahankan menjadi milik kita sendiri," jelasnya.
Dalam awal pidatonya, Susi mengungkap pada awal masa jabatnnya sebagai Menteri Perikanan dan Kelautan, dia menemukan kondisi perikanan tangkap di Indonesia yang benar-benar sudah luluh lantak. Kebijakan melegalkan kapal-kapal asing untuk beroperasi di perairan Indonesia, menyebabkan kondisi perikanan tangkap tidak lagi menjanjikan bagi nelayan pribumi.
Mengutip data sensus 2003-2013, jumlah Rumah Tangga Nelayan berkurang dari 1,6 juta KK, menjadi hanya tinggal 800 KK saja. Penurunan terjadi karena mata pencaharian nelayan sudah tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan hidup nelayan. Kalau pun ada KK yang masih bekerja sebagai nelayan, hidupnya kebanyakan di bawah garis kemiskinan.
Demikian juga dengan industri perikanan olahannya. Selama satu dekade itu, Susi menyebutkan, sebanyak 115 industri perikanan yang sebelumnya mampu mengekspor ikan dengan nilai 6 miliar dolar AS per tahun, juga hancur karena ikan yang ditangkap sangat minim. "Kita yang sebelumnya bisa mengekspor lobster ke Jepang hingga ribuan ton ekspor ke jepang, menjadi hanya tinggal 300-400 ton saja,'' jelasnya.
Peran Indonesia sebagai eksportir yang semula cukup besar, selanjutnya diambil alih oleh negara-negara asing. Seperti Vietnam yang semula tidak mengekspor lobster, tiba-tiba bisa mengekspor 3.000 ton per tahun. Demikian juga dengan Thailand dan Cina.
Kondisi ini menurutnya sangat memprihatinkan, kaena Indonesia merupakan negara dengan garis pantau nor 2 terpanjang di dunia. ''Dengan posisi ini, ternyata ekspor perikanan kita menduduki posisi nomor 3 di negara-negara di Asia Tenggara. Ini sungguh sangat memprihatinkan,'' katanya.