REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) menerapkan pengecekan berlapis. Hal ini untuk meminimalisasi kesalahan proses hitung cepat yang mungkin terjadi.
"Pertama, petugas di lapangan mengirim data ke kita. Hasil penghitungan manual dikirim lewat teks. Kita juga mengecek form C1 berdasarkan foto. Lalu kita cocokkan teks dengan C1, baru dinaikkan," ujar Direktur Eksekutif Kedai Kopi, Sri Aryani, kepada wartawan di Jakarta pada Rabu (19/4).
Menurut perempuan yang akrab dipanggil Ari ini, hingga pukul 15.30 WIB data yang masuk telah mencapai 36 persen. Data bersumber dari 120 TPS dsri total 350 TPS.
Hingga pukul 16.00 WIB, data yang masuk mencapai 38,57 persen. Anies-Sandi unggul sementara dengan angka 58,7 persen. Ahok-Djarot terpaksa menelan kekalahan sementara dengan angka 41.63 persen.
"Karena selisihnya tipis, masih ada kemungkinan (Ahok-Djarot menyusul). Data yang masuk //kan 36 persen. Nanti kita lihat kalau sudah 50 atau 60 persen," ujar dia.
Ahok-Djarot sempat unggul di Jakarta Pusat. Namun, data yang masuk dengan cepat berubah. Dalam hitungan menit, Anies-Sandi kembali unggul di hampir semua wilayah.
Sementara, data dari Kepulauan Seribu masih menunjukkan angka nol persen. Kendala lokasi dan komunikasi disebut menghambat pengiriman informasi dari wilayah ini.
Ari menceritakan, sempat ada pula dua TPS bermasalah, masing-masing di Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Menurut laporan yang masuk, saksi tidak bersedia menandatangani hasil penghitungan suara. Di Jakarta Timur, hasil penghitungan sempat ditutup karena terjadi protes. Sementara, di Jakarta Utara masalah muncul selama proses pemilihan. Akibatnya, pencoblosan berlangsung lebih lama. Namun, kedua masalah tersebut akhirnya dapat diatasi. "Kami targetkan sebelum jam 18.00 WIB. Semoga saja cepat selesai ya," kata Ari.