REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mendapatkan sinyal positif dari Cina yang sedang berupaya menekan Korea Utara (Korut). Cina disebut akan meningkatkan sanksi ekonomi terhadap Korut agar mereka meninggalkan proyek dan program rudal nuklirnya.
"Kami sudah banyak mendapatkan sinyal positif dari Cina, tapi itu memang masih membutuhkan waktu," ujar asisten sekretaris AS untuk urusan Asia Timur dan Pasifik Susan Thornton, seperti dilaporkan laman USA Today, Selasa (18/4).
Kendati mendapatkan sinyal positif, Susan mengaku tidak mengetahui apakah tekanan dan sanksi yang diberikan Cina akan berhasil membuat Korut meninggalkan proyek nuklirnya. "Anda tidak akan tahu apakah jenis tekanan ekonomi akan bekerja hingga berhasil," tuturnya.
AS, kata Susan, akan terus memantau dan mengamati proses negosiasi Cina dengan Korut. Bila nantinya Cina memutuskan untuk tidak lagi menjalin kerja sama dan menghentikan tekanan serta sanksi terhadap Korut, AS, kata Susan akan menempuh upaya sendiri.
"Jika mereka (Cina) memutuskan tidak akan bekerja sama dengan kami, maka kami harus mengubah taktik dan mencoba sesuatu yang lain, mungkin kita sendiri (AS)," ucap Susan.
Cina telah dianggap sebagai kunci untuk mengubah haluan pertahanan Korut, khususnya dalam hal pengembangan rudal nuklir dan balistik antar-benua. Sebab Cina merupakan mitra ekonomi paling signifikan bagi Korut, terutama dalam bidang batubara. Batubara merupakan sumber pendapatan dan penopang utama perekonomian Korut.
Kendati telah mendapat sinyal baik dari Cina, namun Wakil Presiden AS Mike Pence baru-baru ini telah menyatakan bahwa masa kesabaran strategis untuk Korut telah berakhir. Ia juga mengatakan bahwa semua pilihan ada di meja pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un.