REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyerahkan secara simbolis 100 cangkul untuk memacu produktivitas industri kecil dan menengah (IKM) sektor alat perkakas pertanian non mekanik. Penyerahan cangkul juga dilakukan sebagai upaya memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Dalam sosialisasi "Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku dan Alat perkakas Pertanian Dalam Negeri" di Sidoarjo, Jawa Timur, Airlangga menyerahkan masing-masing 50 cangkul kepada pelaku IKM dan 50 buah lainnya untuk pengguna cangkul di Kabupaten Sidoarjo.
"Cangkul yang untuk IKM, baru jadi 75 persen, karena untuk dilanjutkan lagi proses produksinya, sedangkan untuk petani, sudah 100 persen jadi," kata Menperin Airlangga melalui keterangan tertulis, Senin (17/4).
Adapun cangkul tersebut merupakan produksi dari PT Boma Bisma Indra (BBI) di Pasuruan dengan menggunakan bahan baku dari PT Krakatau Steel (KS). Penyerahan simbolis ini merupakan sebagian dari total 1.000 cangkul yang akan diserahkan kepada IKM dan pengguna.
Airlangga menjelaskan produsen cangkul baik skala IKM maupun industri besar bisa mendapatkan cangkul yang baru jadi 75 persen tersebut untuk diproses kembali sehingga bisa meningkatkan nilai tambah. "Proses selanjutnya, pelaku IKM akan meningkatkan nilai tambah cangkul itu dengan dicat, ditajamkan, dan ditambah gagang kayu," kata dia.
Ia menambahkan cangkul 75 persen tersebut akan dijual dengan kisaran harga Rp 24.540 hingga Rp 30.540, sesuai dengan hasil survei harga pasar yang telah dilakukan keempat BUMN, yakni oleh PT Krakatau Steel, PT Boma Bisma Indra (BBI), PT Sarinah, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Untuk memenuhi kebutuhan produksi 50.000 cangkul 75 persen selesai, PT BBI telah menggunakan 50 ton lembaran baja karbon SS400 dari PT Krakatau Steel.
Kemenperin mencatat produsen alat perkakas pertanian yang berskala kecil dan menengah berjumlah 12.609 unit usaha yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Sentra alat perkakas pertanian yang cukup besar terdapat di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan cangkul dapat dipenuhi produsen cangkul dalam negeri.