Senin 17 Apr 2017 21:16 WIB

Tas Kulit Surabaya Wakili Indonesia ke Moskow

Rep: Binti Sholikah/ Red: Andi Nur Aminah
 Pengerajin berbahan dasar kulit ular tengah memproduksi tas (ilustrasi)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pengerajin berbahan dasar kulit ular tengah memproduksi tas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kerajinan tas kulit buatan tangan asal Surabaya, Huraira Leather Bag (HLB), bakal mengikuti pameran internasional Collection Premiere Moscow (CPM) 2017 di Moskow, Rusia, pada 30 Agustus - 2 September 2017. Kualitas produk-produk HLB dinilai oleh Kementerian Perindustrian layak untuk ditampilkan di ajang internasional.

Selain HLB, ada beberapa label yang akan diikutsertakan dalam CPM 2017. HLB menjadi satu-satunya label yang berasal dari Surabaya.

Manajer Internasional Exhibition Kemenperin, Elly Mashitoh, mengunjungi galeri HLB milik Siti Huraira di Jalan Jambi Nomor 3 Surabaya, Senin (17/4). Elly mengaku, Kemenperin telah lama memantau Huraira Leather Bag kemudian menyimpulkan produk HLB siap mengikuti pameran internasional. "Kemenperin memberi fasilitas agar produk-produk lokal Indonesia memiliki pasar di luar negeri," kata Elly kepada wartawan.

Elly menyatakan, sebelumnya HLB telah mengikuti dua kegiatan internasional yakni Indonesia Fashion Week (IFW) dan Adiwastra Nusantara. Menurutnya, hasil HLB mengikuti dua ajang tersebut sangat bagus. Bahkan, saat gelaran IFW, stan HLB sempat kosong. Sebab produknya terjual habis dan harus menunggu kiriman dari Surabaya.

"Tahun ini kami sertakan Huraira Leather Bag ke pameran di Moscow karena pasar dalam negeri sudah oke. Dibawa ke beberapa event hasilnya bagus. Di IFW produk tasnya dinilai paling bagus, sampai sold out. Juga saat Adiwastra juga oke. Padahal itu kan pameran kain khususnya batik, tas kulitnya Ibu Huraira ternyata laku keras juga," ungkap Elly.

Elly berharap produk-produk HLB yang dipamerkan di Moskow nantinya bisa sesukses sebelumnya, terutama produk tas lukis. "Clutch painting-nya sangat unik, esklusif dan kualitasnya premium, sangat layak untuk dipamerkan di level internasional," ucapnya.

Partisipasi Indonesia dalam gelaran CPM di Moskow tersebut nantinya merupakan kali kedua. Pameran bertaraf internasional tersebut sudah diselenggarakan 29 kali dalam kurun 14 tahun.

Pameran CPM bersifat business-to-business (B to B). Artinya, para pembeli terdiri atas pelaku sektor industri tekstil, seperti butik. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi transaksi ritel saat pameran berlangsung.

Tahun lalu, Indonesia membawa empat label ke Moskow, yakni Itang Yunasz Ready to Wear, Alleira Batik, Ardistia New York, dan Warnatasku. Keempat label tersebut terpilih setelah melalui beberapa proses seleksi. Elly mengakui, pasar di Rusia dan Eropa Timur pada umumnya masih sangat terbuka lebar. Pelaku UKM diikutsertakan dalam pameran tersebut untuk membuka pasar baru bagi produk fashion Indonesia.

"Memang tidak bisa dalam satu kali pameran langsung terjadi transaksi, buyer akan menilai apakah produk kita di Indonesia sendiri sudah setle. Tahun lalu, produk ready to wear milik Itang Yunasz sampai menolak order. Ini transaksi B to B, jadi ketika ada order 2.000 potong, Itang Yunasz harus menolak-nolak kewalahan," terangnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement