Ahad 16 Apr 2017 21:00 WIB

Peternak Unggas Rakyat di Kabupaten Bandung Minim

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: M.Iqbal
Pekerja mengambil telur ayam di sebuah peternakan di Kampung Yudanegara, Ciamis, Jawa Barat, Rabu (30/3).
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Pekerja mengambil telur ayam di sebuah peternakan di Kampung Yudanegara, Ciamis, Jawa Barat, Rabu (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID,SOREANG -- Peternak unggas rakyat di Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun semakin menurun. Dari awalnya mencapai ribuan peternak, saat ini jumlahnya menurun drastis hingga tinggal 10 kelompok. Salah satu penyebabnya bisnis ternak unggas tidak lagi prospektif. 

Pemilik Cipinang Farm, Waryo Sahru mengatakan bisnis ternak unggas rakyat awalnya sangat menjanjikan dan menguntungkan, terutama bagi mereka yang sudah memasuki masa pensiun bekerja seperti PNS atau militer. Namun, saat ini cenderung bisnis tersebut banyak yang merugi. "Punya 10.000 ekor ayam belum tentu bisa sekolahin anak ke perguruan tinggi bahkan cenderung merugi dan tidak bisa bersaing. Padahal dulu ngurus ayam 500 ekor sudah bisa sekolahin anak," ujarnya, Ahad (16/4).

Menurut Wahyu, salah satu penyebab peternak unggas gulung tikar karena adanya Undang-Undang Nomor 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Gewan yang memungkinkan integrator asing masuk. Apalagi, perputaran uang di sektor ternak unggas rakyat mencapai Rp 500 triliun setahun.

Ia mengungkapkan peternak unggas rakyat pernah mencoba menggugat UU tersebut ke Mahkamah Konsitusi (MK) melalui uji materi namun ditolak. Sementara Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan UU tersebut berpotensi menciptakan persaingan tidak sehat, kartel, dan monopoli sehingga harus dicabut.

Kondisi ini ke depan akan membuat lulusan fakultas peternakan akan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keilmuannya. Selain itu, saat ini harga ayam hidup di kandang sebesar Rp 17 ribu per kg mengalami kenaikan dibandingkan sebelumnya yang sempat menyentuh angka Rp 12 ribu per kg. 

"Harga ayam anjlok disebabkan karena over supply. Membaiknya harga pada April lebih disebabkan faktor psikologis menjelang puasa dan banyak peternak yang gulung tikar akibat banyak yang merugi," katanya. Wahyu menambahkan ternak unggas saat ini yang bermain merupakan banyak integrator bukan peternak.

Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia, Aswin Pulungan menyatakan perhatian dari pemerintah cenderung minim soal sektor peternakan. Khususnya soal meningkatkan produksi dalam negeri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement