REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan selisih perolehan suara antara dua paslon Pilkada DKI Jakarta diperkirakan hanya berada di kisaran 3-4 persen. Pemenang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta diprediksi sulit melampaui selisih suara di atas 4 persen.
"Selisih suara antarpaslon diperkirakan berkisar antara 3-4 persen. Akan sulit untuk melebihi kisaran itu," ujar Yunarto kepada Republika.co.id di Jakarta, Sabtu (15/4).
Dia mengaku belum bisa memperkirakan paslon mana yang akan lebih unggul dalam putaran kedua Pilkada DKI. Namun, jika mengikuti hasil survei terakhir yang dilakukan Charta Politika, dan tren hasil survei akan bertahan secara linear, maka diperkirakan paslon Ahok-Djarot yang akan unggul.
"Kami melihat tren kenaikan perolehan suara sudah dimiliki Ahok-Djarot. Namun, jika ada suatu hal yang membuat goncangan berarti, bisa jadi paslon Anies-Sandi membalikkan prediksi," ungkapnya.
Dia mencontohkan goncangan berarti seperti kejadian 'salah bicara' oleh salah satu kandidat atau dukungan salah satu parpol di hari-hari terakhir jelang pemungutan suara. Hal-hal seperti ini, kata Yunarto, dapat mempengaruhi peta hasil akhir pemungutan suara. "Hasil akhir pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran kedua masih sulit diprediksi. Hanya saja, peluang selisih suara yang amat ketat seperti Pilkada Banten bisa terjadi," ujarnya.
Berdasarkan hasil survei yang digelar Charta Politika pada 7-12 April mengenai prediksi akhir hasil Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, paslon Ahok-Djarot tercatat lebih unggul dibandingkan paslon Anies-Sandiaga Uno.
Elektabilitas paslon Ahok-Djarot tercatat sebesar 47,3 persen, sementara Anies-Sandiaga sebesar 44,8 persen. Berdasarkan survei, perolehan suara paslon Ahok-Djarot unggul di empat wilayah, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Paslon Anies-Sandiaga unggul dalam perolehan suara di Jakarta Selatan.
Survei dilaksanakan melalui metode wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur. Adapun jumlah responden digunakan sebanyak 782 orang dari 1.000 orang di lima wilayah kota administrasi DKI Jakarta. Survei dilakukan dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin error 3,5 persen.