Sabtu 15 Apr 2017 14:26 WIB

Waduh...500 Ribu Warga Jakarta Masih Buang Air di Sungai

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Warga membangun tempat tinggal di bantaran Sungai Ciliwung
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Warga membangun tempat tinggal di bantaran Sungai Ciliwung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Bidang Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Oswar Muadzin Mungkasa, mengatakan sekitar 500 ribu warga DKI Jakarta masih buang air besar di sungai. Ia menganggap angka tersebut masih moderat. "Terlebih mengingat Dinas PU menyebutkan angkanya mencapai 800 ribu warga," ucap dia di sela-sela peresmian Ekoriparian Ciliwung, Jakarta Timur, Sabtu (15/4) pagi.

Oswar menjelaskan sebagian warga langsung buang air ke sungai. Ada juga yang punya jamban, tapi tidak memiliki septic tank. "Jadi kotorannya langsung dialirkan ke sungai," katanya.

Alhasil, air sungai menjadi tercemar cukup parah. Oswar menganjurkan warga membuat septic tank di rumah masing-masing. "Sungai masih dianggap sebagai bagian belakang sehingga warga tidak peduli dengan kondisi air sungai," ujar Oswar.

Untuk membuat sungai menjadi pusat kehidupan warga, pemerintah kota bergandengan dengan warga RW 05 dan 08 Kelurahan Srengseng Sawah yang dimotori oleh komunitas Masyarakat Peduli Ciliwung (Mat Peci) dan tujuh perusahaan swasta membuat Ekoriparian Ciliwung. "Pembangunan Ekoriparian Ciliwung sepanjang 2,5 kilometer dapat membuat ribuan warga Jakarta tidak lagi buang air besar sembarangan," kata Oswar.

Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, MR Karliansyah, menjelaskan Ekoriparian Ciliwung dibangun sebagai tempat wisata dengan konsep edukasi lingkungan. 

Sejauh ini, sudah ada jogging track sepanjang 600 meter dari rencana 2.000 meter. Pembangunannya memanfaatkan limbah tailing dari PT Antam Pongkor. "Saung edukasi dan pengelolaan air limbah didanai Kementerian Lingkungan Hidup bersama PT Pertamina," kata Karliansyah.

Sementara itu, saung edukasi pengolahan sampah organik berasal dari bantuan  PT Indonesia Power. Area tanaman obat keluarga terwujud berkat bantuan PT Pembangkitan Jawa Bali. Lantas, saung edukasi air merupakan wujud partisipasi PT Palyja. "Ada juga bantuan pengadaan perahu dari PT Antam Logam Mulia dan pengadaan semen dari PT Holcim," jelas Karliansyah. 

Ekoriparian mulai dikembangkan pada akhir 2016 dan akan terus dikembangkan hingga 2019. Pembangunan dilakukan dalam bentuk fasilitas pola lingkungan, wisata berbasis lingkungan, serta pendampingan masyarakat untuk keberlanjutan wilayah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement