REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim dan pesatnya pembangunan di sekitar Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sindanglaya Cianjur, Jawa Barat agaknya menjadi ancaman bagi tumbuhan yang berada di kebun raya ini. Kepala Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Cibodas LIPI, Agus Suhatman, mengatakan secara tidak langsung makin banyaknya pembangunan permukiman di sekitar wilayah kebun raya akan membuat suhu meningkat. Waktu pembuahan dan pembungaan tumbuhan juga bergeser.
"Sebagai contoh, 20 tahun lalu kami punya satu koleksi pohon durian. Durian ini dulu bisa sampai berbuah. Lima tahun terakhir akibat makin panasnya suhu pohon itu sekarang tidak berbuah," kata Agus Suherman, di Kebun Raya Cibodas, Selasa (11/4).
Hal serupa menurutnya juga terjadi pada beberapa tanaman lain, seperti bunga Sakura, yang kini tidak bisa diprediksi kapan mekar. Kepala Seksi Eksplorasi dan Koleksi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Muhammad Imam Surya, mengatakan sangat banyak potensi yang dapat mengancam Kebun Raya Cibodas. Ancaman tersebut ada yang berasal dari tekanan warga sekitar ataupun perubahan suhu. "Perubahan suhu sangat berefek terhadap proses pembungaan dan pembuahan. Sakura yang dulunya kami bisa memprediksi, sekarang tidak bisa," ujarnya.
Sakura yang biasanya mekar pada bulan Januari hingga Februari, sekarang baru mulai mekar pada akhir Maret. Itupun, menurut Surya, tidak mekar sempurna.
Jika dulu sakura mekar selama sepekan, sekarang hanya satu atau dua hari tergantung cuaca. Kadangkala, pada malam hari bunganya sudah rontok lantaran terhempas angin atau terkena hujan deras.
Faktor kebisingan dan pengaruh cahaya menurutnya juga mempengaruhi masa pembuahan dan pembungaan tumbuhan. Namun pihaknya belum melakukan penelitian lebih detail.
Peneliti botani ini menerangkan suhu rata-rata di Cipanas pada tahun 1950-an berkisar 19 derajat Celcius. Sekarang, stasiun pemantau cuaca merekam suhu di Cipanas berkisar 21 hingga 22 derajat Celcius. Ada kenaikan suhu dalam waktu lima dekade terakhir. Namun, Surya belum dapat menyimpulkan apakah perubahan suhu ini diakibatkan pesatnya pembangunan dan perubahan tata kota atau pemanasan global.
"Perubahan iklim memang salah satu isu global. Kami sudah melakukan kajian tersebut tiga hingga lima tahun ke belakang melalui identifikasi stok karbon. Perubahan suhu ada, tapi bahwa itu karena climate change atau efek pembangunan kami belum bisa mengambil kesimpulan," ujar Surya.
Para peneliti di Kebun Raya Cibodas pernah melakukan kajian tentang stok karbon dan signifikansi keberadaan kebun raya bagi lingkungan sekitar. Paling tidak, kata Surya, keberadaan Kebun Raya Cibodas membantu menyelamatkan keanekaragaman hayati yang ada.
"Kami bekerja sama dengan pemda sehingga ancaman-ancaman tersebut bisa menjadi peluang. Kami juga kerjasama dengan masyarakat, sehingga Kebun Raya Cibodas tidak hanya tempat penelitian tapi juga tempat wisata," kata Surya.