REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO -- Pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, akan fokus mengembangkan Kampung Blekok sebagai wisata tertentu yakni lebih kepada wisata edukasi atau tidak terbuka untuk umum.
"Pengembangan wisata edukasi Kampung Blekok di Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, itu didasari peraturan bupati yang saat ini sedang dalam proses tentang konservasi keanekaragaman hayati kawasan hutan bakau sebagai kawasan blekok," ujar Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Situbondo, Cholil di Situbondo, Selasa (11/4).
Ia mengemukakan bahwa dalam peraturan bupati tersebut diatur kewajiban pemerintah untuk mengamankan bagaimana komunitas blekok atau burung sejenis bangau itu tetap berada di kawasan hutan bakau (mangrove).
Jenis-jenis hewan dan tanaman serta binatang lainnya, kata dia, yang membangun sebuah rantai makanan di sebuah kawasan hutan bakau itu dapat menjadi wisata edukasi sebagai taman pendidikan biologi bagi siswa SD, SMP, SMA dan bahkan juga perguruan tinggi.
"Harapannya tentu juga bagi para wisatawan yang memiliki keahlian tertentu dapat menikmati dan mengetahui bagaimana rantai makanan di dalam sebuah ekosistem itu terbangun secara alami," ucapnya.
Menurut Cholil, setelah melakukan pengamatan di kawasan hutan bakau yang menjadi "rumah" puluhan ribu burung sejenis burung bangau itu, diketahui ada 10 hingga 12 spesies blekok.
"Dan makanan yang alami bagi blekok juga tersedia dan akan tetap dipertahankan seperti sapi di sekitar Kampung Blekok, karena setiap hari biasanya burung menempel ke punggung sapi untuk makan," tuturnya.
Ia menambahkan, di sekitar Kampung Blekok itu nantinya akan dibangun jembatan di tepi pantai serta akan dibangun juga menara pantau sehingga wisatawan dapat menikmati pemandangan blekok di kawasan hutan bakau dari menara.
"Kami akan menganggarkan pada Tahun Anggaran 2018 khusus pengembangan wisata edukasi di Kampung Blekok," ujarnya.