REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Jawa Timur (Jatim) bagian selatan tercatat sebagai wilayah dengan angka golput tertinggi. Hal ini terungkap setelah KPU Jatim mengevaluasi hasil Pilkada 2015. Angka golput di Jatim selatan tinggi lantaran daerah tersebut merupakan kantong pengiriman TKI.
Muhammad Arbayanto, Divisi Teknis Penyelenggaraan KPU Jatim, menuturkan angka golput di daerah tersebut bisa mencapai 50 persen. "Banyak TKI yang tidak mudik ketika momen Pilkada," jelasnya pada Kamis (6/4). Blitar, Kediri, Trenggalek, Pacitan, dan Kabupaten Malang adalah beberapa wilayah kantong TKI.
"TKI banyak yang tidak menggunakan hak pilihnya dan memang saat pilkada kami tidak memfasilitasi pemilih di luar negeri," jelas Arbayanto.
Sementara itu angka golput dalam gelaran Pilkada 2015 silam di Jatim mencapai sekitar 73 persen. Angka ini hampir sama dengan rata-rata golput nasional. Catatan ini menjadi penting diperhatikan KPU Jatim karena pada 2018 provinsi ini akan melangsungkan pemilihan gubernur dan pilwali/pilbup di 18 kota dan kabupaten. Untuk Pilkada Jatim tahun ini, hanya Kota Batu yang menggelar pilwali.
Sejumlah faktor juga turut menjadi penyebab masyarakat memilih golput. Di antaranya pemilih tidak mengetahui profil paslon dengan baik sehingga enggan menggunakan hak pilihnya. Selain itu, Arbayanto menyadari bahwa KPU perlu lebih banyak melakukan sosialisasi mengenai Pilkada.
Guna menekan angka golput, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur membuka Rumah Pintar Pemilu (RPP). Saat ini sudah terbentuk 14 RPP di Jatim. RPP bertujuan sebagai sarana sosialisasi Pilgub dan Pilwali/Pilbup jauh-jauh hari sebelum pesta demokrasi itu digelar.