REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Priyanto mengatakan ada penutupan 14 perlintasan kereta api di DKI Jakarta yang rencananya akan dilakukan pada 2017. Penutupan ini berdasarkan surat Menteri Perhubungan Budi Karya kepada Gubernur DKI Jakarta.
Rencana penutupan ini sesuai dengan Undang Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2007. "Intinya tujuannya keselamatan tapi ada pertimbangan-pertimbangan dalam undang undang tersebut Pemerintah Daerah dalam hal ini Gubernur dalam rangka melakukan penutupan itu dilakukan secara bertahap," ujar Priyanto saat dihubungi Republika, Rabu (5/4).
Dari 14 perlintasan ini, Priyanto mengatakan, ada empat perlintasan yang akan dilakukan ujicoba penutupan tahap pertama. Yaitu, perlintasan kereta api di Jalan Pejompongan I, perlintasan Pasar Minggu, perlintasan TB Simatupang, dan perlintasan Pondok Kopi.
Untuk Jalan Pejompongan I, pihak Dishub DKI Jakarta sudah melakukan sosialisasi pada 31 Maret hingga 6 April 2016. Ujicobanya kemudian akan dilaksanakan pada 7 April hingga 4 Mei 2017.
"Selama itu kita lakukan ujicoba dan evaluasi baru nanti diputuskan 5 Mei ditutup atau ditunda. Itu keputusan dari evaluasi ya," katanya.
Kedua, sosialisasi tahap ujicoba penutupan perlintasan TB Simatupang berjalan 7 April hingga 17 April. "Nah ujicoba sama evaluasi dilaksanakan 18 April sampai 18 Mei. Nanti baru tahap berikutnya pelaksanaan ditutup atau tidaknya di posisi 19 Mei," ujarnya.
Perlintasan ketiga yang akan diujicoba ditutup adalah perlintasan Pasar Minggu. Sosialisasi tersebut akan dilakukan 20 April sampai 27 April 2017.
Ujicoba penutupan perlintasan Pasar Minggu pada 28 April hingga 12 Mei 2017. Pelaksanaan penutupan atau penundaan baru akan ditetapkan pada 13 Mei 2017.
Perlintasan terakhir adalah perlintasan Pondok Kopi. Akan ada sosialisasi terkait ujicoba penutupan pada 20 April hingga 27 April 2017.
"Ujicoba dan evaluasi 28 April sampai dengan 19 Mei. Pelaksanaan ditutup atau tidaknya pada 23 Mei," katanya.
Selain itu, ujicoba penutupan ini akan membawa beberapa dampak bagi lingkungan dan manusia di sekitarnya. Priyanto mengatakan pola perjalanan orang akan berubah.
Hal ini juga membawa perubahan rute angkutan umum. "Nanti otomatis waktu perjalanan meningkat. Terus sudah gitu meningkatkan volume pada ruas jalan alternatif," ujarnya.