REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak bidang lingkungan, Greenpeace Indonesia mengungkap data diperkirakan sebanyak 190 orang mengalami kematian dini setiap harinya akibat polusi udara. Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu mengungkap data yang diambil dari vizhub.healthdata.org bahwa diperkirakan 190 orang mengalami kematian dini setiap harinya akibat polusi udara.
"Angka kematian dini ini akan bertambah seiring dengan memburuknya kualitas udara yang disebabkan oleh pencemar dari berbagai sektor," katanya saat pemaparan hasil uji polusi udara Greenpeace Indonesia, Selasa (4/4).
Ia menyebutkan, pemantauan kualitas udara yang dilakukan Greenpeace Indonesia melalui alat pemantau yang diletakkan di 19 titik di area Jakarta dan sekitarnya selama Februari dan Maret 2017. Hasilnya, di wilayah perumahan seperti Cibubur, tingkat PM 2,5 rata-rata selama dua bulan berada di angka 103,2 ug/m3. Ini melewati batasan yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO) yaitu 25 ug/m3, dan standar minimum baku mutu udara ambien nasional 65 ug/m3. Tak hanya itu, daerah perumahan lainnya yaitu Kebagusan sebanyak 65,9 ug/m3 dan Gandul-Depok 71,5 ug/m3 juga sama tingginya.
Untuk mengurangi bahkan menghindari polusi udara, ia memberikan beberapa masukan. Pertama, mengurangi aktivitas. Coba untuk tetap berada di dalam ruangan selama waktu-waktu yang paling tercemar beberapa jam setiap hari, yang biasanya dari subuh hingga senja. Kurangi juga aktivitas fisik di luar ruangan. Kedua, menggunakan masker yang tepat yaitu N95.
"Masker ini memberikan perlindungan efektif dibandingkan masker kain biasa," ujarnya. Pembeliannya bisa dilakukan di apotek. Ia juga menegaskan penggunaan masker jenis ini harus benar. Jika susah bernapas saat memakainya, kata dia, ini artinya maskernya harus dibuang dan membeli yang baru.