Selasa 04 Apr 2017 02:38 WIB

Permintaan Madu Hutan Baduy Meningkat

Seorang warga suku Baduy Luar mengambil padi di dalam lumbung padi di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten, Sabtu (21/3). Lumbung padi merupakan tempat untuk menyimpan padi yang digunakan oleh setiap warga di suku Baduy setelah melakukan panen, dan dalam satu lu
Foto: Antara
Seorang warga suku Baduy Luar mengambil padi di dalam lumbung padi di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten, Sabtu (21/3). Lumbung padi merupakan tempat untuk menyimpan padi yang digunakan oleh setiap warga di suku Baduy setelah melakukan panen, dan dalam satu lu

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Permintaan madu hutan di kawasan Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten cenderung meningkat sehingga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

"Kami sejak dua pekan terakhir ini merasa kewalahan melayani permintaan madu hutan itu," kata Santa (45) seorang pedagang warga Baduy saat ditemui di Stasiun Rangkasbitung, Lebak, Senin (3/4).

Santa bersama pedagang lainnya hendak pergi ke Jakarta untuk memasarkan madu hutan dalam kemasan botol tanpa merk.

Saat ini, permintaan madu hutan laku keras sehingga dapat membantu pendapatan ekonomi keluarga. Selama dua pekan terakhir ini, ia menjual 45 botol madu hutan dengan harga Rp 100 ribu per botol.

Biasanya, ia menjual madu hutan menghabiskan 20 botol. Tingginya permintaan konsumen dari DKI Jakarta itu karena dianggap bisa menyembuhkan berbagai penyakit juga menjaga stamina badan. "Semua permintaan madu hutan itu dipesan oleh langgananya di DKI Jakarta," kata Santa yang berjualan sudah tujuh tahun.

Begitu juga pedagang madu hutan lainnya warga Baduy Iman (40) mengatakan dirinya sudah dipesan langganannya sekitar 50 botol selama dua pekan terakhir sehingga bisa mengeruk keuntungan sekitar Rp 2 juta. Selama ini, permintaan masyarakat Jakarta cenderung meningkat sehingga perajin madu hutan di Baduy semakin menggeliat.

Selama ini, produksi madu hutan Baduy telah lama dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit, di antaranya, diabetes, asam urat, kolesterol, rematik, kurang darah hingga batu ginjal.

Selain itu juga bisa menjaga stamina badan dan obat kuat. Karena itu, permintaan madu hutan khas Baduy laku keras dibandingkan produk pabrikan. Sebab, produksi madu hutan langsung dari sarang lebah dari kawasan hutan adat. "Kami memasarkan madu hutan Baduy selalu laku dan belum pernah tidak habis dengan 85 botol per dua pekan," katanya.

Pulung (50) pedagang madu hutan warga Baduy mengaku dirinya sudah 10 tahun berjualan madu ke Jakarta dengan menggunakan jasa angkutan KA.

Bahkan, pelanggannya juga terdapat pejabat negara hingga pengusaha. Kelebihan madu Baduy itu diantaranya dapat meningatkan stamina juga cocok buat penderita diabates. Sebab, madu hutan itu bisa mematikan racun-racun dalam tubuh yang dikonsumsi manusia melalui makanan dan minuman. "Kami berjualan madu hutan itu kebanyakan pelanggan tetap," katanya.

Menurut dia, selama ini permintaan madu Baduy cukup tinggi sehingga banyak juga warga luar daerah datang ke sini, namun produksi sangat terbatas.

Saat ini, ujarnya, produksi madu hutan tidak menentu karena produksi hanya bergantung pada lebah yang berkembang biak di pohon-pohon besar di Gunung Kendeng, kawasan tanah hak ulayat Baduy. "Apabila hewan lebah itu sudah berproduksi, baru dapat diambil," jelasnya.

Produksi madu dilakukan dengan cara tradisional dengan diambil dari sarang (odeng-red), untuk dikeluarkan cairannya. "Kami jika mengambil madu hutan bisa mencapai tiga sampai lima botol," ujarnya.

Kepala Bidang Industri, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Kabupaten Lebak, Herisnen, mengatakan, pihaknya terus mendorong produksi madu Baduy berkembang karena dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. "Kami terus membina agar produksi madu hutan Baduy berkualitas sehingga permintaan pasar meningkat. Kami ke depan produksi madu hutan Baduy bisa diekspor ke luar negeri," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement