Ahad 02 Apr 2017 17:45 WIB

BNPB: Retakan Longsor di Ponorogo Sudah Terlihat Sejak 11 Maret

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Bayu Hermawan
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memberikan keterangan pers penanganan longsor Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur di Graha BNPB, Ahad (2/4).
Foto: Republika/Umi Nur Fadhilah
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memberikan keterangan pers penanganan longsor Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur di Graha BNPB, Ahad (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut retakan tebing yang menyebabkan longsor di Kabupaten, Ponorogo, Jawa Timur sudah ada sejak 11 Maret 2017. Longsor yang terjadi pada Sabtu (1/4) pukul 07.40 WIB berlokasi di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

"Pada 11 Maret, masyarakat melaporkan ada retakan selebar 30 cm di mahkota tebing (titik longsor)," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB, Jakarta, Ahad (2/4).

Kemudian pada 17 Maret, ia melanjutkan, masyarakat melihat retakan tebing melebar menjadi sembilan meter dan menurun. Pada 26 Maret, retakan kembali melebar menjadi 15 meter.

Kemudian, pada 31 Maret retakan melebar menjadi 20 meter. Saat itu kondisi hujan lebat yang membuat air masuk ke pori-pori tanah. Pada 1 April, longsor terjadi pukul 07.40 WIB menimpa rumah dan warga yang sedang beraktivitas memanen jahe.

"Longsor menuju ke bawah permukinan lebih dari satu kilometer, menghantam 32 rumah dengan tebal material 20 meter," ujar Sutopo.

Ia mengatakan, pemerintah desa telah melakukan sejumlah upaya pencegahan dan antisipasi. Berdasarkan laporan yang ia terima, pemerintah setempat berupaya melakukan penambalan sejak adanya laporan retakan tebing.

Selain itu, ia melanjutkan, Pemkab Ponorogo bersama pemerintah desa juga memfasilitasi tempat pengungsian bagi masyarakat setempat pada malam hari. Namun, pada pagi dan siang hari, masyarakat kembali ke rumah masing-masing.

Sebelum peristiwa longsor terjadi, sejak pukul 06.00 WIB masyarakat tengah memanen jahe. Tiba-tiba, masyarakat mendengar suara gemuruh tanah ke arah mereka. Upaya masyarakat menyelamatkan diri kalah cepat dibanding material longsor.

Longsor menimbun 35 kepala keluarga (KK) atau 128 jiwa. Sebanyak 100 dari 128 jiwa telah selamat. Sementara 28 lainnya masih dilaporkan hilang atau tertimbun tanah. Petugas telah menemukan 2 jenasah dari 28 korban hilang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement