REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ronggo Astungkoro dan Aziza F Larasati, Wartawan Republika
Sejak 2007 Pemprov DKI Jakarta melarang warganya buang air kecil sembarangan. Namun, larangan yang diatur dalam perda itu bukan berarti lantas menghalangi orang buang air kecil sembarangan.
“Kami sering lah buang air kecil di pohon belakang saya ini nih,” ujar Fahri Prasetya (46 tahun), pengemudi ojek yang memangkal di Jalan Sudirman, dekat Stasiun Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (7/3).
Di belakang parkiran motor ojek tempat Fahri memangkal, berderet pohon palem di sisi trotoar. Fahri menunjuk deretan pohon palem itu sebagai tempat buang air kecil saat jalanan sepi orang lewat. Awak angkutan umum pun ikut buang air kecil di sini.
Jika ada perempuan menanyakan toilet, Fahri mengarahkannya ke toilet di lantai bawah tanah BNI Life Tower The Landmark Center, sekitar 60 meter dari pangkalan ojek. Tetapi jika yang bertanya laki-laki, ia tunjuk saja deretan pohon palem. "Soalnya, laki-laki nggak ribet kan," ujar Fahri.
Alkahvy (22) sering menutup hidungnya setiap kali berjalan dari Stasiun Sudirman menuju Halte Transjakarta Dukuh Atas. Karyawan swasta yang berkantor di Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan itu tak tahan bau pesing yang tercium di area itu.
Di sepanjang Jalan Sudirman, kawasan tempat orang-orang berdasi bekerja di gedung perkantoran tinggi, bisa dengan mudah ditemukan lokasi-lokasi pesing. Di luar gedung tinggi berair pendingin di ruang-ruang toiletnya di tiap lantai itu ada banyak orang yang kesulitan menemukan toilet umum.
Ancaman Pasal 21 Perda Nomor 8 Tahun 2007 berupa sanksi kurungan 10 hingga 60 hari atau denda Rp 100 ribu hingga Rp 20 juta hanya menjadi catatan di atas kertas. Pasal 21 ayat 3 menyebutkan: setiap orang atau badan dilarang membuang air besar dan kecil di jalan, jalur hijau, taman, sungai dan saluran air.
Sekitar 700 meter dari Stasiun Sudirman ke arah Semanggi, Republika.co.id kembali menemukan lokasi bau pesing. Ada bahu jalan di dekat Gedung Prudential Life Insurance dijadikan area parkir sepeda motor. Iyas, juru parkir, mengaku sering buang air kecil di pot yang ada di area itu. “Bukan saya saja, anak-anak sini juga suka kencing di pot situ,” jelas Iyas.
Bau pesing juga tercium di persimpangan Jalan Sudirman dengan jalan layang Kampung Melayu-Tanah Abang. Di sebelah gedung World Trade Center dekat jalan layang itu, ada beberapa pengemudi ojek yang mangkal. “Temen-temen saya sih sering itu buang air di tiang jalan layang itu,” tutur Edi Supomo salah satu pengemudi ojek. Edi juga pernah melihat pengendara mobil turun untuk buang air kecil di pinggir jalan dekat proyek Mass Rapid Transit (MRT). Saat itu jalanan sedang macet parah.
Contoh Monas
Menyadari perlunya menjaga kebersihan Taman Monas, Kantor Pengelola Kawasan Monas pun mulai membersihkan bau pesing pada 2015. Menurut petugas Taman Monas Ramauli Tambunan (62), pada Jumat (3/3), hingga 2014 bau pesing masih sering menyengat. Kini bau itu sudah hilang. Ada papan petunjuk yang menuntun pengunjung mencapai tiga lokasi toilet umum gratis di Monas.
Petugas di kawasan Taman Monas pun tegas mencegah pengunjung buang air kecil sembarangan. Ketika Ramauli memergoki pengunjung yang akan buang air kecil di balik pohon ia pun menegurnya. “Hoii, Mas! Itu tanaman akan kita pegang nanti, jangan dikencingin begitu!" teriak Ramauli.
Kawasan seluas kurang lebih 80 hektare ini sudah dilengkapi lima lokasi toilet umum gratis. Jika ada petugas yang meminta bayaran, kata petugas keamanan di area Lenggang Jakarta Abdul Gofur, bisa melaporkannya ke petugas keamanan terdekat.
Di Terminal Senen dan Rambutan, bau pesing biasa tercium di sela-sela kendaraan yang sedang parkir menunggu penumpang di jalurnya. Tati (47) mengeluhkan bau pesing di Terminal Kampung Rambutan. Pedagang koran yang sudah tujuh tahun berjualan di Terminal Kampung Rambutan itu memberi informasi kepada Republika.co.id, Jumat (3/3).
Papan petunjuk toilet mm di Kawasan Monas (foto: Ronggo Astungkoro/ Republika)
Menurut dia, ada banyak awak angkutan umum yang buang air kecil sembarangan. Jika tidak buang air kecil sisi bus, mereka buang air kecil di botol di malam hari dan dibuang di kolong bus. Doni, sopir bus yang beroperasi di daerah Jabodetabek, mengaku menampung air kecil di botol dan membuangnya di tempat sampah.
Sopir angkutan kota di Terminal Senen, G Soeharto (53), mengetahui alasan para awak angkutan umum buang air kecil sembarangan. Banyak yang memilih menggunakan uang Rp 2.000 untuk membeli sebatang rokok daripada untuk membayar toilet.
Ombing, sopir mikrolet trayek Senen-Pulogadung, mengaku pernah buang air kecil sembarangan sebelum ada toilet gratis di warung Gunung Manulang. “Penghasilan kami ini ya kadang habis cuma untuk bayar setoran aja. Jika ditambah lagi dengan bayar kalau kencing, kan lumayan juga,” kata Ombing setengah mengeluh.
Saat Republika.co.id menyusuri kawasan elite Menteng, bau pesing bisa tercium di beberapa ruas Jalan Diponegoro, dekat Jalan Pegangsaan. Karjo, pedagang asongan di Diponegoro, mengakui hal itu.
Tembok pagar biasa menjadi lokasi tempat kencing. Jika sudah kebelet, Joseph (40), pengemudi ojek yang biasa mangkal di dekat kantor Suku Dinas Perhubungan dan Transportasi Jakarta Utara, juga memilih buang air kecil di tembok gedung atau tembok pagar.