REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya akan ada satu masjid raya di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan yang akan dibangun. Pemerintah kota DKI Jakarta, saat ini sedang menentukan lahan dan menyiapkan anggaran untuk pembangunan masjid-masjid tersebut.
Sebelumnya, di Jakarta Pusat, seperti yang diketahui ada Masjid Raya Istiqlal, masjid besar sekaligus simbol Ibu Kota. Lalu di Jakarta Utara, sudah ada Masjid Raya di dalam Jakarta Islamic Center. Di Jakarta Barat, sudah ada Masjid Raya KH Hasyim Azhari. "Jadi yang belum memiliki masjid besar ini tinggal Timur dan Selatan ya," kata Djarot Saiful Hodayat, Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Pembangunan masjid raya, Djarot mengatakan, dalam pengajian bersama warga Kampung Pengarengan, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, memiliki tujuan sama dengan Rasulullah SAW. Dia mengatakan, Baginda Rasul diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak dan perilaku manusia, kemudian untuk mempererat tali silaturahmi, dan menyatukan umat. "Kami sudah mempersiapkan nama-nama masjidnya. Untuk di Jakarta Selatan, kami namakan Masjid Raya KH Ahmad Dahlan. Beliau merupakan sang pencerah dan merupakan pendiri Muhammadiyah. Dan di Jakarta Timur, kami namakan Masjid Raya Oemar Said Tjokroaminoto," tutur Djarot, Rabu (29/3) siang.
Terkait rencana pembangunan masjid tersebut, Pemprov DKI sedang mencari lahan yang tepat dan anggaran yang terinci. Nantinya, posisi masjid raya harus berada dekat dengan warga dan mudah dijangkau oleh seluruh warga kota Jakarta Selatan maupun Jakarta Timur.
Seperi Masjid Raya Mbah Priok yang saat ini sedang dalam proses pembangunan, masjid-masjid raya lainnya akan segera dimulai juga pembangunannya. "Kalau Masjid Raya Mbah Priok sudah kami mulai pembangunannya," kata Djarot.
Dengan adanya masjid-masjid raya, ini diharapkan mampu mendamaikan masyarakat yang sedang ramai membicarakan soal Pilkada. Djarot menyayangkan pemasangan spanduk-spanduk tak pantas yang justru mengajak warga untuk berbuat keburukan.
Misalnya, pemasangan spanduk larangan menshalatkan jenazah pendukung orang kafir. Ini merupakan spanduk yang sangat nista. "Orangnya sudah mati kok masih dipersoalkan. Orang sudah mati ya urusannya tinggal dengan Tuhan. Ini kan kasian dengan jenazahnya dong. Jangan masih dijadikan alat politik orang-orang yang sudah mati itu," ujarnya.
Ia mengharapkan tidak ada lagi kejadian-kejadian tak bermoral hadir di masyarakat. Kalau memang malah mau mendukung kedua paslon, dipersilahkan, asal jangan ada keributan dan tetap mengedepankan Pilkada damai.