Rabu 29 Mar 2017 16:21 WIB

80 Persen Penderita TB di Sleman tidak Terdeteksi

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Tuberkulosis.
Foto: Reuters
Ilustrasi Tuberkulosis.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Angka kejadian tuberkulosis (TB) di Sleman terbilang tinggi. Bahkan pada 2015, terdapat 710 penderita TB yang tercatat di Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. Namun Kepala Dinkes Sleman, Nurul Hayah menyampaikan, angka tersebut belum mencakup seluruh penderita TB yang ada. 

“Sampai tahun lalu, angka yang tercatat di Dinkes Sleman hanya 14,82 persen dari seluruh penderita TBC,” ujarnya pada Sosialisasi TB di Pondok Modern Bina Umat Sumberarum Moyudan, Rabu (29/3). Saat ini masih ada 85,2 persen kasus TB yang belum dilaporkan ke Puskesmas atau rumah sakit.

Padahal TB sendiri merupakan penyakit yang harus segera ditangani. Selain menular, penyembuhan terhadap penyakit ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Rendahnya angka keterbukaan penderita penyakit TB disebabkan stigma negatif masyarakat.

Penderita TB sering merasa malu dan takut melaporkan penyakitnya ke Puskesmas atau rumah sakit. Maka itu, upaya edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya tindak lanjut TB terus dilakukan oleh Dinkes setempat.

Uoaya tersebut, antara lain penyuluhan dan program Ketuk Pintu oleh petugas dari 25 Puskesmas, Ketuk Pintu oleh kader TB Aisyiyah dengan sasaran 1.400 keluarga, dan Talk Show di Rumah Dinas Bupati bersama TB Care Aisyiyah.

Terkait kondisi tersebut, Bupati Sleman, Sri Purnomo mengimbau masyarakat memeriksakan kondisi kesehatan secara rutin. Ia juga meminta masyarakat tidak malu atau takut untuk berobat, apalagi dalam upaya menyembuhkan penyakit TB.

Dalam sosialisasi tersebut, Sri mengajak semua pihak peduli terhadap penanganan TB, antara lain dengan mengoptimalkan jaringan lembaga yang bersinergi untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. ”Kita harus bersinergi untuk memberikan pemahaman pada masyarakat mengenai pentingnya kesadaran dan kepedulian terhadap penyakit TB,” ujar Sri.

Setelah menyampaikan sambutannya, Sri secara resmi membuka acara Seminar sebagai kelanjutan dari rangkaian agenda sosialisasi TB. Kemudian dilanjutkan dengan simulasi salah satu program Dinas Kesehatan, yaitu ketok pintu di salah satu asrama santri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement