Selasa 28 Mar 2017 19:17 WIB

Tujuh Orang Tewas dalam Banjir Bandang di Tiga Daerah di Sumut

Rep: Issha Harruma/ Red: Nur Aini
Banjir Bandang (ilustrasi)
Foto: Reuters/Mohamed Alhwaity
Banjir Bandang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG SIDIMPUAN -- Proses pencarian korban hilang dalam banjir bandang di Padang Sidimpuan dan dua daerah lain di Sumatra Utara, Mandailing Natal, dan Tapanuli Selatan, dihentikan hari ini, Selasa (28/3). Penghentian pencarian ini dilakukan atas dasar tidak ada lagi laporan yang masuk terkait kehilangan warga.

Kepala BPBD Sumut Riadil Akhir Lubis mengatakan, pencarian dihentikan berdasarkan koordinasi dengan seluruh pihak yang terlibat, seperti tim SAR, BPBD Sumut, TNI, dan Polri. "Pencarian sudah dinyatakan dihentikan karena tidak ada lagi laporan korban hilang," kata Riadil, Selasa (28/3).

Riadil mengatakan, hingga pencarian ditutup, korban jiwa akibat banjir bandang yang menerjang Padang Sidimpuan, Ahad (28/3) lalu, sebanyak lima orang. Empat orang di antaranya merupakan satu keluarga, yakni  Syahriana Situmorang (45 tahun), Rofiah Sarumpaet (8 tahun), Sakinah Sarumpaet (10 tahun), dan Saykum Sarumpaet (48 tahun), warga lingkungan III, Lubuk Raya, Padangsidempuan Hutaimbaru. Seorang korban lainnya bernama Bahar Efendi Panggabean (55 tahun), warga Lingkungan I Sitataring, Batang Ayumi Julu, Padang Sidimpuan Utara.

Selain itu, Riadil mengatakan, terdapat tambahan korban jiwa dalam banjir bandang yang juga terjadi di dua daerah lainnya, yakni Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan. BPBD Sumut mencatat, korban jiwa dalam banjir di Mandailing Natal tepatnya di desa Malintang Jae, kecamatan Hutabargot sebanyak satu orang, yakni Misbah (80 tahun). Satu orang di Tapanuli Selatan tepatnya desa Sijungkang, kecamatan Angkola Timur, yang bernama Kaya Banua Siagian (63 tahun) juga dilaporkan meninggal. "Kejadian ini berdampak pada tiga daerah. Total korban jiwa ada tujuh orang semuanya," ujar Riadil.

Saat ini, Riadil mengatakan, BPBD Sumut fokus pada pendataan jumlah korban luka-luka. Pendataan juga sedang dilakukan untuk mengetahui jumlah kerugian harta benda, termasuk lahan pertanian yang rusak diterjang banjir bandang. "Kami masih proses pendataan dan ini masih situasi tanggap darurat. Setelah status tanggap darurat selesai baru masuk proses tahap pemulihan," kata Riadil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement