REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kondisi di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) pascabanjir pada Ahad (26/3), berangsur pulih. Warga Kota Bima yang sebelumnya mengungsi mulai kembali ke rumah untuk membersihkan lumpur.
Pelaksana Tugas Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Pemerintah Kota Bima, Syahrial Nuryadin mengatakan, cuaca di Kota Bima saat ini sudah kembali cerah. "Warga saat ini sedang sibuk membersihkan lumpur yang ada di rumahnya. Tim gabungan siaga bencana juga membersihkan lumpur di delapan ruas jalan, semua saling bahu-membahu," ujar dia.
Bahkan, sehari setelah banjir atau pada Senin (27/3), pagi, usai apel di Kantor Pemerintah Kota Bima, Wali Kota Bima, M Quraish H Abidin meliburkan seluruh pegawai Pemkot Bima untuk membantu para korban banjir. Sebanyak 45.447 jiwa dari 11.793 kepala keluarga terdampak banjir. Namun, jumlah pengungsi terus berkurang setiap harinya menyusul surutnya air dan hujan yang mulai mereda.
Syahrial menyebutkan, jumlah pengungsi pada Senin (27/3), pukul 08.00 Wita, tercatat sebanyak 4.277 jiwa yang tersebar pada 32 titik pengungsian. Kemudian, jumlah ini terus menurun pada pukul 19.00 Wita, di mana tersisa 1.285 jiwa di empat titik.
Untuk kerusakan yang diakibatkan banjir meliputi 77 hektar tanaman padi berumur lebih dari 65 hari terdampak dengan rincian rusak berat/puso sebanyak 15 hektar, 6 SD/MI/SMP/MTs terganggu proses belajar karena ruang kelas berlumpur. Dua puskesmas terendam sehingga mengganggu proses layanan kesehatan karena perabot dan alat kesehatan juga rusak sedang.
Syahrial mengungkapkan, banjir mulai terjadi pada saat hujan melanda Kota Bima pada Ahad (26/3), mulai pukul 14.09 Wita, hingga 24.00 Wita. Sejatinya, hujan dengan intensitas besar tidak berlangsung lama, yakni hanya sekitar 1,5 jam, selebihnya hujan dengan intensitas rendah hingga sedang. Namun, hujan yang juga terjadi di areal perbukitan di Kabupaten Bima seperti di Wawo membuat aliran air turun ke Kota Bima yang membuat sejumlah sungai meluap akibat tidak mampu menampung debit air.
Sejumlah wilayah pun tergenang air, tak hanya permukiman warga, namun juga kantor pemerintahan milik Pemerintah Kabupaten Bima yang berada di Kota Bima. Begitu juga dengan Museum yang kini masih terendam banjir. "Ketinggian air saat banjir melanda bervariasi dengan rata-rata ketinggian sekitar 50 cm," ucap dia.
Ia menjelaskan, sebelumnya sudah ada peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bima agar warga waspada datangnya banjir. "Nah, dari jam 14.00 siang sudah gelap Kota Bima. Warga sudah waspada, begitu hujan deras datang warga mulai panik. Kita langsung siaga tanggap darurat dan Alhamdulillah tidak ada korban jiwa," lanjut Syahrial.
Pemkot Bima, kata dia, telah melakukan antisipasi sebelumnya dengan memperlebar bendungan. Menurutnya, jika kondisi bendungan masih seperti saat akhir tahun lalu, kemungkinan banjir yang melanda Kota Bima bisa lebih besar. Selain itu, pada Kamis (23/3), atau tiga hari sebelum banjir, Pemkot Bima juga telah melakukan penanaman pohon di Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima agar ketika hujan datang bisa menyerap air dan tidak langsung turun ke Kota Bima.
"Sejak Senin hingga saat ini tidak ada hujan, dan cuaca juga cerah sehingga warga bisa kembali ke rumah," kata dia.
Saat ini, Pemkot Bima fokus pada kebutuhan warga terdampak seperti makanan, air bersih, dan kebutuhan anak-anak dan bayi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga telah menyiapkan dapur umum untuk nantinya didistribusikan kepada warga terdampak banjir.