Senin 27 Mar 2017 21:16 WIB

Yenny Wahid: Radikalisme di Indonesia Meningkat

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Wahid Institute Yenny Wahid mengatakan banyak sekali survei nasional yang telah dilakukan Wahid Institute terkait radikalisme agama. Berdasarkan hasil survei itu, paham radikal di Indonesia semakin mengalami peningkatan.

"Hasil survei nasional kita di mana memang ada peningkatan kasus intoleransi dan radikalisme di Indonesia," ujar Yenny kepada Republika.co.id saat ditemui di di Hotel Crowne Plaza, Jakarta Selatan, Senin (27/3).

Yenny mengatakan, peningkatan tindakan radikal tersebut cukup banyak dan hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil survei, kata dia, orang yang telah melakukan tindakan radikal di Indonesia ada sekitar 600 ribu orang atau 0,4 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

"Jadi kalau diproyeksikan dalam jumlah penduduk adalah sekitar 600 ribu orang. Dan ini jumlah penduduk yang bisa memilih di atas 17 tahun kita hitungannya," ucapnya.

Baca: Cegah Radikalisme, NU dan Muhammadiyah Diminta Lebih Perhatikan Umat

Responden di atas 17 tahun tersebut yang berpotensi untuk melakukan tindakan radikal ke depannya berjumlah sekitar 7,7 persen dari jumlah total penduduk Indonesia atau sekitar 11 juta orang. "Itu semua datanya ada di kita," kata aktivis Muslimat NU tersebut.

Berdasarkan survei tersebut, dapat dilihat radikalisme memang perlu penanganan serius oleh berbagai pohak. Sebelumnya, beberapa upaya telah dilakukan oleh organisasi Islam moderat dengan memunculkan gerakan deradikalisasi sebagai konter atas gerakan radikal.

Namun, menurut Yenny, deradikalisasi masih agak sulit dilakukan karena gerakan tersebut sudah berhubungan dengan cara pandang, sehingga memang tidak mudah dilakukan dan membutuhkan sumberdaya yang sangat besar untuk melakukan itu.

"Sayangnya memang kita belum siap untuk melakukan itu saya rasa. Semua negara di dunia juga belum siap melakukan upaya deradilkalisasi dengan secara sungguh-sungguh, karena itu dari hulu ke hilir yang harus disasar. Jadi menurut zaya indonesia lebih maju dalam hal upaya melakukan pencegahan radikalisasi dari pada deradikalisasi," kata putri mantan presiden keempat, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement