Senin 27 Mar 2017 10:24 WIB

Bekasi Target Bangun 1.074 Bank Sampah

Rep: Aziza Fanny Larasati/ Red: Andi Nur Aminah
Aktivitas penimbangan sampah di bank sampah (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Aktivitas penimbangan sampah di bank sampah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Bank sampah merupakan salah satu solusi yang dicanangkan Wali Kota Bekasi untuk menanggulangi permasalahan sampah di Bekasi. Namun hingga saat ini, jumlah bank sampah di Bekasi masih jauh dari target, yaitu 1.074 bank sampah.

Pada Pekan Aksi Peduli Sampah yang diadakan oleh Bank Sampah Induk Patriot (BSIP) pada 20 hingga 26 Maret 2017 lalu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi memaparkan mengenai kondisi sampah di Bekasi.“Di Bekasi sekitar seribu ton sampah masih kerap terpencar. Butuh adanya kesadaran masyarakat untuk membantu mengolah sampah tersebut, salah satunya melalui bank sampah,” ujar Jumhana Luthfi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Sabtu (25/3).

Saat ini, total bank sampah aktif di Bekasi berjumlah sekitar 87. Ia mengatakan bahwa targetnya pada bulan September, Bekasi telah memiliki 1.074 bank sampah. Setiap kelurahan pun dituntut untuk membentuk Gerakan Peduli Sampah (GPL) untuk mengatasi permasalahan sampah. “Ini adalah program dari wali kota untuk pemberdayaan lingkungan,” ujar Luthfi.

Menurutnya, area TPA yang ada di Bekasi tidak dapat menampung semua sampah jika tidak dibantu diolah oleh masyarakat. “TPA Sumur Batu luasnya 15,6 hektar. Selama ini karena kita hanya mengandalkan pembuangan sampah, maka tiap tahun kita harus menambah area pembuangan sampah. Mudah-mudahanan dengan pemberdayaan masyarakat untuk memilah dan mengolah sampah dari sumbernya bisa menjadi solusi untuk permasalahan ini,” ujarnya.

Menurut Luthfi, terkait hal ini wali kota sudah memberikan instruksi. “Wali Kkta sudah memberikan instruksi tertulis, satu RW satu bank sampah. Kami akan membuat perda terkait hal ini, dan sudah dikomunikasikan pula dengan Komisi II DPRD,” ujar Luthfi.

Luthfi juga mengatakan, terkait anggaran hingga saat ini masih mengggerakan Corporate Social Responsibility (CSR). “Kita akan memaksimalkan potensi CSR. Perusahaan adalah produsen yang memproduksi limbah sangat besar, maka dari itu kita akan minta bantu untuk membiayai,” ujarnya.

Sedangkan Imam Prasodjo, seorang sosiolog, melihat bahwa pemisahan sampah sesuai jenisnya adalah hal yang sangat penting. “Walau sudah dipilah, jangan sampai sampah tersebut dicampur kembali,” ujar Imam.

Menurutnya, hal tersebut dapat dilakukan dengan pembagian hari dalam pengambilan sampah. Pemerintah dapat menyediakan tiga jenis truk sampah. Yang berwarna merah untuk sampah berbahaya (B3), truk warna kuning untuk sampah non-organik, dan truk warna hijau untuk sampah organik.

Luhtfi mengusulkan kepada pemerintah untuk menyiapkan tiga jenis truk sampah yang akan mengangkut tiga jenis sampah di Kota Bekasi. “Insya Allah di akhir tahun akan kita siapkan tiga jenis truk sampah,” ujar Luthfi.

Sementara itu, Sony Teguh Trilaksono, seorang Penggiat Konservasi Lingkungan pun menekankan pemberdayaan lingkungan dari para penggiat pendidikan. “Kami mengumpulkan guru-guru dan penggiat pendidikan untuk menekankan betapa pentingnya Sekolah Berbasis Lingkungan,” ujar Sony.

Menurutnya, Sekolah Berbasis Lingkungan adalah cikal bakal generasi muda. “Tanpa ada pendidikan, perubahan tidak akan terjadi,” ujarnya menambahkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement