REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kota-kota besar menjadi area paling banyak ditemukannya penyakit tuberkulosis (TB).
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Mohammad Subuh mengatakan, daerah yg paling bayak ditemukan TB adalah perkotaan dibandingkan pedesaan karena lingkungan yang kumuh dan padat.
"Jadi, penularannya lebih cepat," katanya saat presentasi mengenai TB Obati Sampai Sembuh (TOSS TB), di Jakarta, Kamis (23/3).
Tak hanya itu, kata dia, polusi merupakan faktor risiko, akibatnya akan mempengaruhi daya tahan tubuh manusia. Karena seperti diketahui penyebaran TB dipengaruhi oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis yang bisa disebarkan lewat bicara, batuk, bahkan bersin.
Ia menyebutkan, dari gerakan ketuk pintu masyarakat yang dilakukan Kemenkes hampir dua pekan lalu, sebanyak 120 ribu pintu tersebar di 34 provinsi seperti Aceh, Medan, atau DKI Jakarta telah diketuk. Hasilnya, sebanyak 600 kasus positif TB. Sedangkan area pedesaan lebih sedikit kasusnya karena jauh lebih bersih dan tidak padat.
"Jadi secara statistik kita mengatakan, daerah kumuh, padat, lingkungan sanitasi yang kurang baik maka inilah paling banyak ditemukan TB," ujarnya.
Padahal, kata dia, kalau ingin mengejar eliminasi TB pada 2035 maka gerakan ini harus digerakkan sistematis dan masif. Untuk itu, selain konsentrasi wilayah perkotaan, kemenkes juga fokus pada kaum pekerja di pabrik.
Selain itu lembaga permasyarakatan (LP) yang satu sel bisa dihuni 15 orang dan di asrama yang satu kamar dihuni enam orang. Kemenkes mengimbau supaya orang yang positif TB segera berobat karena pengobatannya cuma-cuma. Bahkan meski pasien ini bukan anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Kemenkes telah meyediakan anggaran kurang lebih Rp 300 miliar untuk TB. Ia mengatakan, pemerintah memang menyediakan sumberdaya, sarana, dan sarana penanggulangan TB di seluruh Indonesia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika