Rabu 22 Mar 2017 23:33 WIB

Puluhan Jurnalis Gabung dengan Sahabat Tagana Kemensos

Rep: Kabul Astuti/ Red: Angga Indrawan
Khofifah Indar Parawansa
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Sosial menggelar pelatihan penanggulangan bencana bagi para jurnalis di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada 22-24 Maret 2017. Para jurnalis yang dilatih nantinya akan dikukuhkan sebagai Jurnalis Sahabat Taruna Siaga Bencana.

Pelatihan ini diikuti oleh 30 jurnalis dari 25 media, baik cetak, elektronik, maupun online. Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan wartawan dalam masalah kebencanaan. Tidak hanya simulasi, melainkan juga praktik lapangan.

"Tidak cuma teori saja. Peserta akan diajari bagaimana cara mendirikan tenda, dapur umum dan air bersih, juga water rescue," kata Khofifah, Rabu (22/3). Para wartawan dibekali ilmu tentang konsep dan karakteristik bencana, penanganan tanggap darurat bencana, dan proses rehabilitasi sosial korban bencana.

Menurut Khofifah, jurnalis dan media memiliki kekuatan dahsyat dalam penanganan bencana. Peran jurnalis dalam penanganan bencana sangat besar. Jurnalis tidak sekedar menyampaikan informasi bencana, namun juga ikut menstimulasi dan memobilisir bantuan, serta berbagai kebutuhan korban bencana. 

Sebelumnya, Kemensos juga memberikan pelatihan kepada Banser Ansor Sahabat Tagana, Sahabat Tagana Difabel, Pramuka Sahabat Tagana (PRAGANA), RAPI Sahabat Tagana (RAGANA) dan Mahasiswa Pencinta Alam Siaga Bencana (MAPAGA). Khofifah mengungkapkan, Kementerian Sosial aktif membangun sinergitas dengan berbagai komunitas guna membantu korban bencana. 

Lanjut Khofifah, keberadaan Sahabat Tagana sangat penting mengingat Indonesia merupakan daerah rawan bencana, sehingga diperlukan peran serta masyarakat dalam penanganan korban bencana alam.

Khofifah menerangkan, Data Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) mencatat ada 323 kabupaten/kota yang berpotensi tinggi atau rawan bencana alam.

Tercatat sepanjang 2015 setidaknya ada 162 kejadian bencana di Infdonesia, dan berdasarkan data bencana Indonesia disebutkan jumlah korban meninggal mencapai 9.333 jiwa, 22.855 jiwa luka-luka. Sebanyak 1.418.947 orang mengungsi, 108.994 unit rumah rusak ringan, dan 96.317 unit rusak berat.

"Dalam standar operasional prosedur (SOP), Tagana harus siap hadir satu jam setelah bencana terjadi. Harus tanggap, sigap melakukan perlindungan sosial terhadap korban bencana," imbuh Khofifah. Pelatihan bagi jurnalis ini juga bertepatan dengan Hari Jadi Tagana ke-13, pada 24 Maret mendatang.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Harry Hikmat mengatakan saat terjadi bencana Tagana ikut membantu evakuasi korban, mendirikan shelter, membangun dapur umum lapangan, menyalurkan bantuan, dan memberi penanganan psikososial kepada korban bencana.

"Hingga tahun 2016, jumlah personel Tagana yang tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 29.734 orang. Jumlah ini terus meningkat seiring eksistensi Tagana setiap kali terjadi bencana alam," tutur  Harry. 

Jika setiap Tagana dapat mengajak 20 orang saja menjadi Sahabat Tagana, kata Harry, kekuatan SDM penanggulangan bencana berbasis komunitas sekitar 600 ribu Sahabat Tagana. Harry berharap, bergabungnya para jurnalis dalam Sahabat Tagana ini dapat meningkatkan upaya penanggulangan bencana alam agar lebih responsif lagi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement