Senin 20 Mar 2017 06:12 WIB

Merayakan Hari Air Lewat Lomba Cinta Sungai

Rep: Rizky Suryandika/ Red: Yudha Manggala P Putra
Aliran deras sungai. ilustrasi
Foto: Mahmud Muhyidin
Aliran deras sungai. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Belasan anak mengantre mencoba melintasi sepotong pohon bambu terbentang di tengah sungai. Terdapat bermacam hadiah bagi siapapun yang berhasil melintasi bentangan bambu itu. Adapun anak-anak lain ada juga yang tengah membantu mengeruk sampah dengan peralatan seadanya dari sungai Cimulu.

Pemandangan tersebut dapat ditemui dalam perayaan hari air sedunia, Ahad (19/3) di Posko kelompok penggiat lingkungan Riverside Clean Day (RCD) di Jalan Sindanghurip, Kelurahan Cikalong, Kecamatan Tawang. Posko kelompok yang berada bersebelahan dengan sungai Cimulu itu aktif mengadakan berbagai kegiatan mencintai lingkungan.

Koordinator RCD Hendi Zebugh mengatakan ingin mengenalkan budaya cinta lingkungan pada anak lewat permainan. Ia berharap permainan dapat semakin mendekatkan anak terhadap pentingnya menjaga lingkungan.

"Kesadaran warga di kami ada peningkatan untuk tidak membuang sampah ke sungai. Kalau ke anak kenalkan sejak dini peka menjaga sungai, air adalah sumber kehidupan jangan terkontaminasi sampah dan limbah," katanya pada wartawan.

Dalam perayaan tersebut, RCD mengadakan lomba fotografi tentang sungai, lomba karya tulis puisi bagi anak, lomba lintas bambu, pemungutan sampah dan tebar ikan. Hendi menyebut RCD yang telah aktif sejak beberapa tahun terakhir mulai menunjukan tajinya. Sebab, potensi banjir di wilayah pinggiran sungai Cimulu mulai berkurang.

"Setelah kami kerap kegiatan di sungai, banjir sudah tidak terjadi lagi, apalagi pengerukan dan lain sebagainya kerap dilakukan. Sedimen lumpur sering diangkat. Harapan besarnya semua lapisan masyarakat sadar pentingnya air sungai untuk kehidupan petani dan lain sebagainya," ujarnya.

Di sisi lain, ia merasa peran pemerintah kota Tasik dalam kegiatan lingkungan terbilang minim. Belum lagi, Pemkot seolah menutup mata dengan berbagai kebijakan yang bertentangan dengan prinsip cinta lingkungan. Salah satunya, penutupan aliran sungai di jalan KH Zaenal Mustofa. Eksesnya, belakangan ini jalan KH Zaenal Mustofa pun kerap dilanda banjir dengan ketinggian 10-20 cm.

"Kondisi air di Tasik menyedihkan, saat kemarau kering kekurangan. Ketika hujan, jadi banjir," ucapnya.

Sebagai langkah pencarian solusi, ia meminta Pemkot dan masyarakat tak saling menyalahkan. Malahan, ia ingin Pemkot dan masyarakat bekerjasama mengatasi masalah lingkungan di Kota santri. Salah satu hal yang disoroti RCD yaitu kurang maksimalnya peran drainase ketika hujan.

"Drainase sebenarnya saling menyalahkan antara pemerintah dan masyarakat, kami lihat drainase sudah dibuat ditutup untuk masalh di kota. Banyak saluran air ditutup dan di beberapa titik hanya berfungsi optimal. Kami sudah bahas dengan berbagai pihak karena sudah sulit. Solusinya pengerukan sedimen berkala makin rutin," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement