REPUBLIKA.CO.ID, ASOLO -- Seratusan massa yang terdiri dari sopir taksi, pengemudi ojek pangkalan dan tukang becak menggelar unjuk rasa di Balai Kota Solo Senin (15/3) pagi tadi. Mereka mendesak Pemerintah Kota Solo untuk segera mengeluarkan regulasi terkait keberadaan jasa transportasi daring di Solo.
Koordintor aksi, R Tommy menjelaskan dengan beroperasinya ojek daring di Solo berdampak pada penurunan penghasilan sopir taksi dan pengemudi jasa transportasi umum lainnya. "Kenapa di Solo masih ada, sejak beroperasi itu omset kami menurun lebih dari 70 persen. Kami ingin ada solusi untuk ini, padahal sudah jelas wali kota melarang ojek daring," tutur Tommy.
Sementara itu, koordinator aksi dari pengemudi ojek pangkalan, Suryono sepakat dengan keputusan Wali Kota Solo dalam mediasi antara pengemudi ojek daring dengan pengemudi transportasi umum beberapa waktu lalu. Dimana menurutnya, pengemudi ojek pangkalan setuju jika ojek daring beroperasi hanya untuk antar jemput makanan.
"Intinya kembli saja seperti yang disampaikan wali kota, kembalikan ke go food jangan sampai mengangkut penumpang. Kalau masih seperti itu silakan ke Sukoharjo yang ada izinnya, sebab di Solo tidak ada izin operasi ojek daring," jelasnya.
Sementara itu, aksi unjuk rasa sempat diwarnai keributan. Setelah seratusan pengemudi ojek daring melakukan konvoi di Jalan Jendral Sudirman. Melihat konvoi ojek daring, massa yang sedang berunjukrasa pun langsung berhamburan ke jalan.
Bentrok pun terjadi, seroang pengemudi ojek daring yang tertinggal konvoi, menjadi bulan-bulanan sopir taksi. Pengemudi ojek daring itu berkali-kali mendapat bogem mentah dari sopir taksi.
Melihat rekannya dipukuli, puluhan pengemudi ojek daring lainnya berusaha membantu. Namun polisi yang berpatroli berhasil menghalau pengemudi ojek daring. Bentrok tersebut menyebabkan kemacetan di Jalan Jendral Sudirman depan Balai Kota Solo.